BI akan Umumkan Bunga Acuan, Investor Maunya Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor berharap RDG Bank Indonesia (BI) siang ini dapat mempertahankan suku bunga acuan yaitu di level 3,5%. Sebab, hal itu dianggap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang mengalami pemulihan setelah terkena hantaman pandem Covid-19.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, dengan mempertahankan suku bunga di level rendah dapat menjaga likuiditas kredit dan daya beli konsumsi rumah tangga.
"Investor berharap mempertahan (suku bunga acuan) untuk menjaga pertumbuhan performa kredit dan daya beli konsumsi yangbisa lebih progresif," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/7/2022).
Menurutnya, investor memandang, kebijakan BI yang memilih menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) dibandingkan suku bunga acuan dinilai tepat. Sebab, hal itu dapat mampu menjaga stabilitas pasar keuangan ditengah kondisi global yang sedang bergejolak.
"Kalau mempertahankan berarti cenderung mendukung menjalankan kebijakan prospability karena tujuan BI dalam mempertahankan di level yang sama agar kinerja pertumbuhan ekonomi bisa mengalami pertumbuhan progresif karena kita memanfaatkan momentum peningkatan daya beli," jelasnya.
Dengan suku bunga rendah, kata Nafan, maka perusahaan atau pelaku usaha dapat melaksanakan rencana ekspansi bisnis yang berpengaruh pada pertumbuan kredit perbankan.
"Kalau perusahaan terus bisa berekspansi dengan memanfaatkan momentum pertumbuhan. Dari kita tak mau perusahaan menghambat ekspansi atau menghambat kegiatan ekspansi," ungkapnya.
Dengan demikian, akan memberika efek domino yang positif sehingga kinerja ekonomi berjalan optimal. "Kalau menaikan sudah cukup dalam hal kenaikan GWM," tuturnya.
Sementara, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memandang, secara konsensus pasar kelihatannya pelaku pasar masih yakin BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan hari ini.
"Karena masih sangat terkendali," ungkapnya.
Namun, menurutnya, secara umum dengan BI menaikan suku bunga acuan sebesar 25 Bps akan baik bagi nilai tukar rupiah. Bahkan, kenaikan tersebut diyakini tak akan terlalu memberikan dampak yang signifikan ke pasar maupun likuiditas kredit di perbankan.
"Karena suku bunga di Indonesia relatif rendah. Kalau naik bagus untuk rupiah dan bisa menarik asing ke pasar kita," pungkasnya.
(hps/hps)