Jelang Pengumuman Bunga Acuan BI, Harga Obligasi RI Tertekan

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 July 2022 20:35
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (20/7/2022), jelang pengumuman hasil rapat kebijakan moneter terbaru Bank Indonesia (BI).

Mayoritas investor kembali melepas SBN hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor. Hanya SBN berjangka panjang yakni 25 dan 30 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 25 tahun melandai 2 basis poin (bp) ke posisi 7,584%, sedangkan yield SBN bertenor 30 tahun turun 1,2 bp ke 7,441% pada perdagangan hari ini.

Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat sebesar 5 bp ke 7,465% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor yang cenderung memburu SBN berjangka panjang, ditandai dengan turunnya yield, menandakan bahwa investor cenderung pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi global, di mana mereka masih khawatir bahwa resesi global bakal terjadi kembali.

Di lain sisi, pelaku pasar di SBN juga cenderung wait and see jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Kamis besok.

Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menggelar RDG mulai hari ini hingga Kamis besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR sebesar 3,5%.

Jika BI menaikkan suku bunga maka kenaikan tersebut akan menjadi pertama kalinya dalam kurun waktu 3,5 tahun lebih.

Sementara itu, jika BI tetap mempertahankan suku bunga acuan maka BI-7DRR sebesar 3,5% akan bertahan selama 18 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung melandai pada hari ini, meski antara Treasury tenor 2 tahun dengan Treasury tenor 10 tahun masih mengalami inversi yield.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun turun 5,6 bp ke posisi 3,175% pada hari ini pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin di 3,231%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan pasar juga melandai 4,8 bp ke 2,971% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,933%.

Inversi yield terjadi ketika yield obligasi pemerintah jangka pendek lebih tinggi dari yield obligasi jangka panjang. Hal ini sering ditandai oleh pelaku pasar sebagai sinyal bahwa resesi sudah dekat.

Pasar mencoba untuk mengukur apakah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga sebesar 75 bp atau lebih agresif yakni sebesar 100 bp pada pertemuan kebijakan minggu depan untuk mengendalikan inflasi yang masih meninggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

The Fed Makin Hawkish, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading