Sambut Bos OJK Baru, IHSG Nyaris Terbang 2%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
20 July 2022 11:52
Jajaran Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2022-2027 berfoto usai  dilantik di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (20/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Jajaran Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2022-2027 berfoto usai dilantik di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (20/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (20/7/2022) di tengah optimisnya investor terhadap laporan pendapatan perusahaan yang mampu tumbuh. Selain itu, investor tengah fokus pada keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga.

IHSG dibuka menguat 1,08% di posisi 6.808,15 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 1,8% atau 120,94 poin ke 6.857,03 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 9,05 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah optimis berada di zona hijau dengan melesat lebih dari 1%. Seiring berjalannya perdagangan, IHSG konsisten menghijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama.

Level tertinggi berada di 6.865,59 menjelang penutupan perdagangan dan level terendah berada di 6.778,36 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 375 unit, sedangkan 136 unit lainnya melemah dan 161 sisanya stagnan.

Melesatnya IHSG siang ini mengekor Wall Street yang tengah bergairah pada perdagangan Selasa (19/7/2022) menyambut rilis kinerja keuangan emiten AS yang masih menunjukkan kondisi prima. Tiga indeks utama Wall Street rebound dari posisi terendah sejak bulan lalu.

Investor optimis terhadap laporan pendapatan perusahaan yang bertumbuh dan meyakini bahwa pasar sudah menentukan titik terendahnya beberapa waktu lalu.

Dari dalam negeri, investor nampak positif menyambut dilantiknya jajaran Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2022-2027. DK OJK telah resmi dilantik hari ini, Rabu (20/7/2022) di gedung Mahkamah Agung.

Upacara Pengucapan Sumpah Jabatan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2022-2027 di hadapan Ketua Mahkamah Agung M. Syarifuddin, dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan selesai sekitar 08.30 WIB.

Selain itu, investor juga masih fokus terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga apakah akan ditahan di 3,5% atau dinaikkan.

Ekspektasi pasar terhadap kenaikan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR) semakin membesar. Bila pada bulan-bulan sebelumnya, pasar melihat BI akan mempertahankan suku bunga rendah maka pendapat tersebut sudah berubah dan kini kian mengarah kepada pengetatan.

Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli 2022 pada hari ini dan besok (20-21 Juli 2022). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR sebesar 3,5%.

Jika BI menaikkan suku bunga maka kenaikan tersebut akan menjadi pertama kalinya dalam kurun waktu 3,5 tahun lebih. Sebagai catatan, terakhir kali kubu MH Thamrin mengerek suku bunga acuan adalah pada November 2018 atau 44 bulan yang lalu.

Sementara itu, jika BI tetap mempertahankan suku bunga acuan maka BI-7DRR sebesar 3,5% akan bertahan selama 18 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Ekonom ataupun lembaga yang memproyeksi kenaikan suku bunga acuan melihat faktor inflasi menjadi alasan utama kenaikan. Tren kenaikan suku bunga acuan di tingkat global juga menjadi alasan lain mengapa BI-7DRR perlu dinaikkan.

Kenaikan suku bunga yang agresif akan memberi dampak negatif bagi pasar saham. Penyebabnya adalah kredit yang makin mahal sehingga dikhawatirkan perusahaan mulai mengerem untuk ekspansi. Hal ini akan menghambat pertumbuhan perusahaan sehingga kinerja keuangannya pun ikut terpengaruh.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular