Sell Off Asing di Obligasi Negara Asia, RI Terbesar

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 20/07/2022 14:40 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing di luar kawasan Asia melepas obligasi pemerintah di Asia pada Juni lalu, di mana total bersih obligasi yang dilepas sebesar US$ 5,08 miliar.

Adapun total bersih tersebut terdiri dari obligasi pemerintah di Indonesia, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan India pada bulan lalu, menandai arus keluar (capital outflow) bulanan terbesar sejak Maret lalu.

Obligasi pemerintah Asia, terutama di negara-negara berkembang terpukul oleh lonjakan imbal hasil (yield)obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan lonjakan dolar AS.


Selain itu, asing juga melepas obligasi pemerintah negara berkembang di Asia karena bank sentral di beberapa negara tersebut terus menaikkan suku bunga mereka dalam upaya untuk memerangi inflasi yang melonjak, seperti yang dilakukan oleh bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK).

Kekhawatiran atas resesi ekonomi global telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Para ekonom memperkirakan bahwa tingkat suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi tumbuh lebih lambat dan aktivitas bisnis kembali lesu di seluruh dunia.

"Dari perspektif obligasi Asia, resesi AS akan menjadi 'angin sakal' besar," kata Duncan Tan, ahli strategi di DBS Bank dalam laporan risetnya pada bulan lalu, dikutip dari Reuters.

Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan sang greenback melonjak 2,88% pada bulan lalu dan mencapai level tertingginya dalam 19 tahun terakhir, didorong oleh sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih hawkish dan naiknya permintaan salah satu aset safe heaven tersebut di tengah kekhawatiran pasar akan resesi ekonomi.

Sumber: Refinitiv

Obligasi pemerintah di Indonesia menjadi yang paling besar dilepas oleh asing, di mana asing sudah melepas atau menjualnya hingga US$ 2,13 miliar atau setara dengan Rp , memangkas kepemilikan kumulatif mereka dalam obligasi pemerintah mata uang lokal menjadi 15,65% pada akhir Juni, terendah setidaknya sejak 2014.

Sedangkan sisanya asing melepas sebesar US$ 1,11 miliar di obligasi pemerintah Thailand, sebesar US$ 940 juta di Malaysia, dan di Korea Selatan di mana asing melepasnya sebesar US$ 725 juta pada bulan lalu.

Sementara itu, penjualan cross-border obligasi India turun ke level terendah lima bulan terakhir di US$ 181 miliar, karena adanya penurunan harga minyak global yang dapat menenangkan beberapa kekhawatiran atas defisit perdagangannya, karena India merupakan importir utama minyak mentah.

Di lain sisi, bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) dan The Fed diperkirakan masih akan bersikap hawkish. ECB diperkirakan akan menaikan suku bunga acuannya untuk pertama kalinya sejak tahun 2011.

Sebelumnya, inflasi di zona Euro (Eropa) masih belum berhenti menanjak. Data yang dirilis dari Eurostat pada Selasa kemarin menunjukkan bahwa inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) final di Eropa, mencapai 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) di Juni.

Angka ini lebih tinggi dari rilis awal sebesar 8,1% (yoy). Inflasi tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Sedangkan The Fed diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) pada Juli tahun ini. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa The Fed akan semakin agresif dengan menaikan suku bunga acuannya sebesar 100 bp untuk mengekang inflasi.

Tetapi, hal tersebut dibantah oleh Gubernur The Fed, Christopher Waller, di mana dia masih akan mendukung kenaikan suku bunga sebesar 75 bp. Tetapi, dia akan melihat lebih lanjut kondisi data ekonomi dan ketenagakerjaan terbaru di AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas