Joss... Rupiah Menuju Penguatan 3 Hari Beruntun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 20/07/2022 09:09 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (20/7/2022). Jika mampu dipertahankan hingga penutupan, maka rupiah akan mencatat penguatan 3 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.965/US$ di pasar spot.

Tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat sebelum penutupan perdagangan Selasa kemarin.


Periode

Kurs Selasa (19/7) pukul 15:17 WIB

Kurs Rabu (20/7) pukul 8:58 WIB

1 Pekan

Rp14.964,5

Rp14.937,0

1 Bulan

Rp15.010,6

Rp15.008,0

2 Bulan

Rp15.045,9

Rp15.045,0

3 Bulan

Rp15.080,5

Rp15.073,0

6 Bulan

Rp15.161,6

Rp15.183,0

9 Bulan

Rp15.238,3

Rp15.245,0

1 Tahun

Rp15.332,8

Rp15.340,0

2 Tahun

Rp15.637,0

Rp15.740,9

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Pelaku pasar kini menanti pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), apakah suku bunga akan dinaikkan atau masih dipertahankan.

Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menggelar RDG mulai hari ini hingga Kamis besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR sebesar 3,5%.

Jika BI menaikkan suku bunga maka kenaikan tersebut akan menjadi pertama kalinya dalam kurun waktu 3,5 tahun lebih.

Sementara itu, jika BI tetap mempertahankan suku bunga acuan maka BI-7DRR sebesar 3,5% akan bertahan selama 18 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Kenaikan suku bunga bisa memberikan sentimen positif ke rupiah, di sisi lain momentum pertumbuhan ekonomi akan sedikit tertahan.

Sebaliknya, jika suku bunga tetap dipertahankan maka tekanan bagi rupiah akan cukup besar mengingat bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Namun, momentum pertumbuhan ekonomi tetap bisa terjaga.

Selain itu indeks dolar AS yang jeblok 3 hari beruntun membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,64%, setelah merosot lebih dari 1% dalam dua hari perdagangan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS