
SWID Akhirnya Masuk Top Gainers, CHEM di Top Losers

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup melesat pada perdagangan Selasa (19/7/2022) kemarin, di tengah sikap investor yang menanti Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 1,15% ke posisi 6.736,09. Meski menguat cukup tajam, tetapi sebenarnya sejak awal bulan Juli, IHSG cenderung terjebak di rentang 6.600-6.700.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka menguat tipis menguat tipis di posisi 6.671,45. Selang sekitar 1 hingga 5 menit, IHSG bahkan sempat menyentuh zona merah dan menyentuh level terendah intraday di 6.626,255. Tetapi selang beberapa menit, IHSG langsung berbalik arah ke zona hijau hingga akhir perdagangan kemarin.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 327 saham naik, 169 saham turun, dan 183 lainnya stagnan.
Investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 225,78 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin. Saat IHSG hijau melesat lebih dari 1%, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.
![]() |
Saham emiten properti yang merupakan anak perusahaan dari Kelompok Usaha Saraswanti yakni PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID) akhirnya masuk ke jajaran top gainers pada perdagangan kemarin, setelah beberapa hari sebelumnya masuk di jajaran top losers.
Saham SWID ditutup meroket 34,75% ke posisi harga Rp 190/saham. Nilai transaksi saham SWID pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 57,85 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 327,95 juta lembar saham. Investor asing melepas saham SWID sebesar Rp 6,42 juta di pasar reguler.
Sebelum harga sahamnya melesat kemarin, saham SWID sudah tujuh hari mencatatkan koreksi, dengan enam kali menyentuh auto rejection bawah (ARB) dan sekali terkoreksi di bawah 1%.
Dari debut perdananya pada Kamis, 7 Juli lalu hingga kemarin, saham SWID hanya mencatatkan penguatan dua kali yakni di perdagangan perdananya dan perdagangan kemarin.
Meski berhasil melesat, tetapi harga saham SWID masih berada di bawah harga penawaran perdananya yakni di Rp 200/saham. Dengan ini, maka koreksi saham SWID dari debut perdananya hingga kemarin sudah terpangkas menjadi 5%.
Sebagai informasi, Saraswanti Indoland Development didirikan pada tahun 2010 dan bergerak dalam bidang properti dan real estate. Perusahaan merupakan pemilik hotel The Alana Yogyakarta, Innside by Melia Yogyakarta dan Apartemen Mataram City.
SWID melakukan penawaran perdana (IPO) pada Kamis, 7 Juli lalu dan berhasil menggalang dana Rp 68 miliar setelah melepas 6,31% saham baru kepada investor publik.
Selain saham SWID, terdapat pula saham emiten batu bara yakni PT Harum Energy Tbk (HRUM), yang harga sahamnya melesat 11,03% ke Rp 1.510/saham.
Nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan kemarin mencapai Rp 187,4 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 127,88 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham HRUM sebesar Rp 42,98 miliar di pasar reguler.
Kenaikan harga saham HRUM terjadi di tengah masih amblesnya harga batu bara acuan dunia. Pada Senin lalu, harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 350,05 per ton. Harga batu bara ambrol 8% dibandingkan perdagangan Jumat pekan lalu.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 16 Juni 2022 atau dalam sebulan terakhir. Ambruknya harga batu bara pada Senin lalu juga memperpanjang tren negatif batu hitam yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu.
Secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 17,98% dalam sepekan secara point-to-point (ptp). Dalam sebulan, harga batu bara juga amblas 2,42% sementara dalam setahun masih melesat 127,75%.
Pelemahan harga batu bara sejalan dengan melandainya harga gas. Harga batu bara melesat pada akhir Juni dan awal Juli tahun ini setelah harga gas melonjak sebagai dampak pemangkasan pasokan gas Rusia.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kini berada di kisaran EUR 157 per megawatt-jam. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 11 Maret 2022.
"Harga batu bara melemah mengikuti pergerakan harga gas," tutur analis batu bara, kepada Montel News.
Selain itu, melemahnya harga batu bara juga disebabkan meningkatnya ekspor dari Australia. Pengiriman batu bara dari Australia sempat terganggu dua pekan lalu akibat banjir.
Kekhawatiran resesi juga membuat harga batu bara terus menyusut. Sejumlah harga komoditas, seperti nikel dan komoditas pangan, terus melandai karena adanya kekhawatiran resesi global. Resesi akan membuat ekonomi dan permintaan komoditas melambat.
Namun, ada potensi bagi batu bara untuk bangkit ke depan. Gelombang hawa panas di Eropa serta keputusan negara-negara Uni Eropa untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik batu bara diperkirakan bisa menopang harga batu bara ke depan.
"Saya tidak melihat adanya potensi tren pelemahan yang terus menerus pada batu bara kualitas tinggi. Pasokan batu bara kualitas rendah memang memadai tetapi batu bara kualitas ketat sangat ketat pasokannya," tutur analis tersebut.