Duh, Mayoritas Bursa Asia Melemah, Semoga IHSG Kuat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 19/07/2022 08:44 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Selasa (19/7/2022), di tengah koreksinya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin kemarin.

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,59% dan ASX 200 Australia naik tipis 0,01%. Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,73%, Shanghai Composite China turun tipis 0,03%, Straits Times Singapura turun 0,11%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,5%. Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) pada hari ini akan merilis hasil rapat kebijakan moneternya.

Dari kabar korporasi, Financial Times melaporkan bahwa SoftBank telah menghentikan rencananya untuk mendaftarkan perancang chip Arm di London karena ketidakpastian politik di Inggris. Saham SoftBank Group menguat 0,43% pada awal perdagangan.


Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya lagi bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin waktu setempat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,69% ke posisi 31.072,609, S&P 500 merosot 0,84% ke 3.830,85, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,81% menjadi 11.360,05.

Pelemahan menyusul rencana Apple untuk memperlambat perekrutan dan pengeluarannya sehingga dapat membuat pertumbuhan pendapatan melambat. Saham Apple pun drop nyaris 2,1%.

"Ketika Apple, kapitalisasi pasar perusahaan senilai US$ 2,4 triliun dolar berguling, itu jelas akan berdampak nyata pada indeks berita utama dan itu hanya mengingatkan orang-orang bahwa perusahaan menyerah karena apa yang mereka lihat di luar sana," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.

Boockvar mengatakan pendapatan Apple akan menjadi penting bagi pasar secara keseluruhan dalam hal bagaimana mereka mengelola mata uang, apa yang terjadi dengan bisnis di China, dan bagaimana mereka akan bereaksi atas perilaku konsumen bergerak lebih ke arah layanan daripada belanja barang.

"Orang-orang tidak akan terus membeli laptop setiap tahun, dan mereka tidak akan mengganti telepon mereka setiap tahun," tambah Boockvar.

Sementara itu, terlepas dari kekhawatiran resesi yang berkembang, perusahaan-perusahaan di indeks S&P 500 diperkirakan akan membukukan kenaikan laba pada kuartal kedua.

Berdasarkan prediksi analis dalam konsensus FactSet, Kenaikannya sebesar 4,2 secara tahunan (year-on-year/yoy). Pendapatan S&P 500 diperkirakan meningkat 10,2% (yoy) di kuartal tersebut, menurut FactSet.

Ekspektasi laba untuk setahun penuh 2022 masih tinggi. Para analis memperkirakan pendapatan perusahaan-perusahaan di S&P 500 akan tumbuh 9,9% (yoy), berdasarkan laporan FactSet.

Di lain sisi, investor melihat kemungkinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mulai melunak pada pertemuan bulan ini dibanding perkiraan sebelumnya.

Wall Street Journal (WSJ) melaporkan The Fed berada di jalur untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuannya di akhir bulan ini, daripada kenaikan 100 bp seperti yang diperkirakan beberapa analis.

Kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius juga mengatakan dalam catatan semalam bahwa dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga tiga perempat poin.

Namun, kekhawatiran resesi masih membayangi dalam beberapa pekan terakhir karena Wall Street mempertimbangkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, suku bunga yang meningkat tajam dan sinyal kurva imbal hasil terbalik.

"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam beberapa bulan mendatang dan perdagangan berdasarkan harapan dan ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan inflasi," Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.

"Peningkatan sentimen pasar yang lebih tahan lama tidak mungkin sampai ada penurunan yang konsisten baik dalam headline dan pembacaan inflasi inti untuk meyakinkan investor bahwa ancaman kenaikan harga yang mengakar sudah lewat," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel