Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada perdagangan Senin (18/7/2022). Meski demikian, bayang-bayang resesi membuat gerak indeks saham Tanah Air bergerak volatil bak roller coaster. Pada akhirnya indeks bursa saham acuan Tanah Air ditutup naik tipis 0,11%ke posisi6.659,253.
Nilai transaksi indeks kemarin hanya mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 16 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 254 saham menguat, 245 saham melemah, dan 183 saham stagnan.
Kinerja positif tersebut membuat IHSG bertengger di peringkat 11 Asia, hanya unggul dari bursa VN-Index Vietnam yang melemah 0,23%. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup melejit 2,7% ke posisi 20.846,18.
Sisanya juga ditutup semringah hari ini. Indeks Shanghai Composite China melonjak 1,55% ke 3.278,1, ASX 200 Australia melompat 1,23% ke 6.687,1, Straits Times Singapura menguat 0,73% ke 3.121,76, KOSPI Korea Selatan terdongkrak 1,9% ke 2.375,25.
Awal pekan yang positif secara luas di Asia-Pasifik dipengaruhi oleh sentimen global. Reli terjadi karena investor melihat bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tidak seagresif yang diperkirakan saat pengumuman inflasi Amerika Serikat pada Juni mencapai 9,1%.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Minggu kemarin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuannya di akhir bulan ini, daripada kenaikan 100 bps seperti yang diperkirakan beberapa analis.
Sementara itu, rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah melemah selama enam pekan beruntun. Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan di Rp 14.982/US$, menguat 0,05% di pasar spot.
Ada indikasi Bank Indonesia di pasar yang selalu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Terlihat pada rupiah sukses terus bertahan di bawah level psikologis tersebut. Padahal di pasarnon-deliverable forward (NDF) rupiah beberapa kali di atas level tersebut, bahkan di semua tenor.
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah di mana investor menanti kebijakan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI).
Mayoritas investor kembali melepas SBN hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor. Hanya SBN tenor 25 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.Melansir data dari Refinitiv , yield SBN tenor 25 tahun turun 1,2 basis poin (bps) ke posisi 7,59% hari ini. Yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 2 bp ke 7,382%.
Wall Street mengawali perdagangan awal pekan ini dengan terparkir di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 215,65 poin (-0,69%) ke 31.072,61. S&P 500 surut 32,31 poin (-0,84%) ke 3.830,85. Sedangkan Nasdaq melemah 92,37 poin (-0,81%) ke 11.360,05.
Pelemahan menyusul rencana Apple untuk memperlambat perekrutan dan pengeluarannya sehingga dapat membuat pertumbuhan pendapatan melambat. Saham Apple pun drop hampir 2,1%.
"Ketika Apple, kapitalisasi pasar perusahaan senilai $ 2,4 triliun dolar, berguling, itu jelas akan berdampak nyata pada indeks berita utama dan itu hanya mengingatkan orang-orang bahwa perusahaan menyerah karena apa yang mereka lihat di luar sana," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.
Boockvar mengatakan pendapatan Apple akan menjadi penting bagi pasar secara keseluruhan dalam hal bagaimana mereka mengelola mata uang, apa yang terjadi dengan bisnis di China, dan bagaimana mereka akan bereaksi atas perilaku konsumen bergerak lebih ke arah layanan daripada belanja barang.
"Orang-orang tidak akan terus membeli laptop setiap tahun, dan mereka tidak akan mengganti telepon mereka setiap tahun," tambah Boockvar.
Sementara itu terlepas dari kekhawatiran resesi yang berkembang, perusahaan-perusahaan di indeks S&P 500 diperkirakan akan membukukan kenaikan laba pada kuartal kedua. Kenaikannya sebesar 4,2 secara year-on-year (yoy), menurut perkiraan konsensus analis yang dikumpulkan oleh FactSet. Pendapatan S&P 500 diperkirakan meningkat 10,2% yoy di kuartal tersebut, menurut FactSet.
Ekspektasi laba untuk setahun penuh 2022 masih tinggi. Para analis memperkirakan pendapatan perusahaan-perusahaan di S&P 500 akan tumbuh 9,9% yoy, berdasarkan laporan FactSet.
"Kami berharap hasilnya secara umum baik-baik saja," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management. "Fokus utamanya adalah pada margin dan sejauh mana perusahaan dapat meneruskan biaya input yang lebih tinggi, itu akan menentukan ke mana mungkin penilaian bisa pergi."
Investor melihat kemungkinan The Fed kurang agresif pada pertemuan bulan ini dibanding perkiraan sebelumnya. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan The Fed berada di jalur untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuannya di akhir bulan ini, daripada kenaikan 100 bps seperti yang diperkirakan beberapa analis.
Kepala ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius juga mengatakan dalam catatan semalam bahwa dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga tiga perempat poin.
Namun, kekhawatiran resesi masih membayangi dalam beberapa pekan terakhir karena Wall Street mempertimbangkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, suku bunga yang meningkat tajam dan sinyal kurva imbal hasil terbalik.
"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam beberapa bulan mendatang dan perdagangan berdasarkan harapan dan ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan inflasi," Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.
"Peningkatan sentimen pasar yang lebih tahan lama tidak mungkin sampai ada penurunan yang konsisten baik dalam headline dan pembacaan inflasi inti untuk meyakinkan investor bahwa ancaman kenaikan harga yang mengakar sudah lewat," tambahnya.
IHSG masih tertahan oleh support 6.630 sehingga peluang untuk rebound terbuka lebar pada perdagangan hari ini. Namun, gerak yang fluktuatif berpotensi masih akan terjadi karena sikap investor yang cenderung wait and see.
IHSG berpotensi bergerak di rentang 6.630 sebagai support dan 6.740 sebagai resisten. Jika menguat dan berhasil menembus resisten, tujuan berikutnya ke 6.800. Sedangkan jika IHSG jatuh dan menembus suport 6.300, pemberhentian berikutnya di 6.585. Faktor global masih menjadi motor penggerak IHSG hari.
Uni Eropa akan mengumumkan inflasi finalnya untuk Juni. Menurut jajak pendapat analis Reuters, inflasi zona Eropa akan mencapai 8,6% secara tahunan (year-on-year). Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah.
Tingginya inflasi di zona Eropa didorong oleh harga energi yang melambung. Penyebabnya adalah aliran energi dari Rusia distop sebagai sanksi terhadap Rusia yang menyerang Ukraina. Masalahnya Rusia adalah pemasok energi terbesar di Uni Eropa, sehingga pasokan pun semakin langka.
Hal ini kemudian membuat Bank Uni Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya dari semula 0% menjadi 0,25% pada pertemuan 21 Juli nanti yang menandakan sudah mengakhiri era suku bunga rendah.
Di sisi lain, investor melihat The Fed akan lebih kalem menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini dibanding saat pengumuman inflasi Juni. Ekspektasi bergeser dari kenaikan 100 bps menjadi 75 bps.
Ini bisa jadi indikasi pasar mulai mencerna bahwa kenaikan suku bunga dapat menekan inflasi agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di masa depan meskipun dalam jangka pendek dapat membuat resesi.
Dari dalam negeri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak mengenakan pajak pungutan ekspor atas minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya hingga 30 Agustus 2022.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 115 tahun 2022, pembebasan pajak pungutan ekspor ini berlaku terhadap seluruh produk, baik tandan buah segar, kelapa sawit, dan CPO dan palm oil serta use cooking oil.
"PMK ini menurunkan pajak pungutan ekspor jadi 0% hingga 30 Agutus 2022. Pajak ekspor diturunkan 0% kepada seluruh produk yang berhubungan dengan CPO," kata Sri Mulyani di sela-sela kegiatan FMCBG G20 Bali, Sabtu (16/7/2022).
Sentimen ini akan jadi katalis positif bagi emiten CPO karena dapat memperbaiki kinerja ekspor yang hilang pada bulan Mei. Ditambah dapat menjaga margin keuntungan karena tidak ada beban pungutan ekspor.
Mata investor tetap fokus pada keputusan Bank Indonesia yang akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis mendatang.
Pasar tentunya akan melihat apakah BI masih akan mempertahankan suku bunganya di rekor terendah 3,5%. Jika masih dipertahankan, maka selisih suku bunga dengan The Fed akan semakin menyempit, ada risiko capital outflow yang terjadi di pasar obligasi akan semakin besar.
Sementara jika dinaikkan, maka akan meningkatkan daya tarik obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) dan mendongkrak nilai tukar rupiah. Tetapi, risikonya laju pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar. Sebab kenaikan suku bunga acuan dapat menghambat laju ekspansi perusahaan karena suku bunga kredit pun juga ikut naik sehingga beban utang makin tinggi.
Menurut konsensus analis Reuters, geng Jalan Thamrin masih akan mempertahankan kenaikan suku bunga meskipun inflasi telah mencapai 4% lebih pada Juni. Bahkan rupiah yang sudah berhasil menyentuh Rp 15.000/US$ tampaknya masih membuat Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunganya.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Rilis data tingkat pengangguran Inggris pada Mei (pukul 13.00 WIB)
- Rilis data tingkat inflasi Uni Eropa Juni (pukul 16.00 WIB)
- Rilis data tingkat inflasi inti Uni Eropa Juni (pukul 16.00 WIB)
- Rilis data pembangunan rumah baru AS pada Juni (pukul 19.30 WIB)
Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:
- HMETD PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS)
- RUPST dan RUPSLB PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) pukul 10.00 WIB
- RUPST dan RUPSLB PT Atlas Resources Tbk (ARII) pukul 10.00 WIB
- RUPST dan RUPSLB PT Sinergi Inti Plastindo Tbk (ESIP) pukul 11.00 WIB
- RUPST dan RUPSLB PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) pukul 11.00 WIB
- RUPST Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) pukul 09.30 WIB
- RUPST PT Colorpak Indonesia Tbk (CLPI) pukul 10.00 WIB
- RUPST PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) pukul 14.00 WIB
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY) | 5,01 % |
Inflasi (Juni 2022, YoY) | 4,35% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2022) | 3,50% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022) | -4,65% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2022) | 0,1% PDB |
Cadangan Devisa (Juni 2022) | US$ 136,4 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA