
Inflasi Eropa Diramal Meroket, Awas Rupiah Bisa Keok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (18/7/2022). setelah melemah 6 pekan beruntun. Indeks dolar AS yang berbalik turun membuat rupiah mampu menguat.
Dalam dua hari perdagangan indeks dolar AS turun lebih dari 1%, tetapi pada perdagangan Selasa (19/7/2022) pagi malah naik 0,15% yang berisiko memberikan tekanan ke rupiah.
Selain itu data inflasi dari zona euro menjadi perhatian. Berdasarkan data awal inflasi di zona euro pada bulan Juni tercatat melesat 8,1% (yoy) yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Data final inflasi di blok 19 negara tersebut akan dirilis pada Selasa (19/7/2022) dan diperkirakan akan lebih tinggi lagi menjadi 8,6% (yoy), berdasarkan konsensus Trading Economics.
Dengan inflasi yang semakin tinggi, ada kemungkinan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Risiko resesi pun semakin membesar. Dalam kondisi tersebut, dolar AS akan diuntungkan sebab menyandang status safe haven, sementara rupiah berisiko tertekan.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sejak saat itu rupiah terus tertekan hingga sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$ pada Rabu (6/7/2022) lalu dan masih menjadi resisten di pekan ini.
![]() Foto: Refinitiv |
Jika pekan ini ditembus, dan tertahan di atasnya rupiah tentunya akan melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang bisa menahan pelemahan rupiah.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat melihat indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Apalagi pada Rabu (6/7/2022) rupiah juga membentuk pola Shooting Star yang biasanya menjadi sinyal pembalikan arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu, Stochastic pada grafik 1 jam untuk memproyeksikan pergerakan harian juga berada di wilayah jenuh beli.
Support pekan ini berada di kisaran Rp 14.950/US$ hingga Rp 14.930/US$. Jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.900/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan lebih jauh di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
