
BI Standby di Pasar, Rupiah Perkasa di Bawah Rp 15.000/US$!

Selain itu indeks dolar AS yang turun 2 hari beruntun melapangkan jalan rupiah untuk menguat. Indeks dolar AS pada Jumat pekan lalu merosot 0,44%, dan hingga sore ini turun lagi 0,6% ke 107,41.
Penurunan tersebut terjadi setelah beberapa pejabat elit bank sentral AS (The Fed) menyatakan lebih memilih menaikkan suku bunga 75 basis poin di bulan ini, ketimbang 100 basis poin seperti ekspektasi pelaku pasar.
Presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard mengatakan meski inflasi belum mencapai puncaknya, iya yakin di tahun 2023 akan terjadi penurunan, dan untuk saat ini ia tidak mendukung kenaikan 100 basis poin.
Bullard merupakan salah satu pejabat The Fed yang paling hawkish. Pernyataanya yang tidak mendukung kenaikan 100 basis poin menjadi 2.5% - 2,75% langsung membuat probabilitas di pasar menurun.
![]() |
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas kenaikan 100 basis poin hanya 28%, turun jauh ketimbang pekan lalu yang mencapai 80% setelah rilis data inflasi yang menembus 9,1% year-on-year (yoy) tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
Sementara probabilitas kenaikan sebesar 75 basis poin menjadi 2,25% - 2,5% kini sebesar 71%.
Hal ini membuat indeks dolar AS mengalami koreksi yang membuat rupiah mampu menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
