
Dolar AS Terkoreksi, Siang Ini Rupiah Langsung Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS), hingga di pertengahan perdagangan Senin (18/7). Terkoreksinya dolar AS di pasar spot, menjadi pendorong untuk penguatan rupiah hari ini.
Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan menguat cukup tajam 0,27% ke Rp 14.950/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,03% ke Rp 14.985/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Di sepanjang tahun ini, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap 6 mata uang dunia lainnya, telah menguat 13% hingga menyentuh level tertinggi dua dekade di 109,29.
Indeks dolar AS mengalami tahun terbaiknya sejak 1997 karena investor beralih ke mata uang safe haven karena ketidakpastian ekonomi global dan juga keagresifan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya.
Namun, jika ekonomi AS mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dolar AS dapat berbalik arah.
"Saat ekonomi AS mengalami masalah pertumbuhan, dolar AS akan berbalik," tutur Manajer Portfolio Neuberger Berman Thanos Bardas dikutip dari Reuters.
Beberapa analis percaya bahwa penguatan dolar akan selesai ketika pengetatan kebijakan Fed memuncak.
Semua perhatian akan tertuju pada pertemuan The Fed selanjutnya di 26-27 Juli. The Fed diprediksikan akan menaikkan suku bunganya hingga 100 basis poin (bps).
Namun, dua pejabat The Fed yakni Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan hal berbeda. Mereka mengharapkan kenaikan hanya 75 bps yang cocok dengan situasi saat ini.
Hal tersebut, membuat indeks dolar AS kembali terkoreksi hari ini. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,25% ke posisi 107,793.
Walaupun dolar AS terkoreksi hari ini, tapi dolar AS masih berada dekat dengan rekor tertingginya.
Keperkasaan dolar AS tersebut, rupanya tidak selalu menjadi kabar baik bagi AS. Produk Amerika menjadi lebih mahal bagi pelanggan di luar negeri sehingga merugikan eksportir besar seperti Boeing yang merupakan pembuat pesawat komersial terbesar di dunia.
Boeing mengatakan bahwa pendapatan mereka menyusut ketika dikonversi ke dolar. Microsoft juga menurunkan perkiraan untuk kuartal saat ini.
Para dewan eksekutif Microsoft mengatakan kepada investor bahwa kenaikan dolar selama tiga bulan pertama tahun ini telah menelan biaya sekitar US$ 225 juta dalam laba.
Secara umum, perusahaan AS memperoleh sekitar 30% dari total pendapatan mereka dari operasi di luar negeri, menurut Morgan Stanley.
Pendapatan yang memukul perusahaan multinasional yang berbasis di AS dari dolar yang menguat dapat menyebabkan mereka mengurangi pengeluaran di bidang lain atau menurunkan produksinya karena permintaan mungkin akan menurun karena harga yang menjadi mahal, sehingga berkontribusi pada perlambatan ekonomi AS.
Sementara itu, penguatan rupiah sudah terlihat jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Rupiah bergerak menguat jika dibandingkan dengan penutupannya pada perdagangan Jumat (15/7).
Periode | Kurs Jumat (15/7) pukul 15:13 WIB | Kurs Senin (18/7) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp15.030,5 | Rp14.981,0 |
1 Bulan | Rp15.080,5 | Rp15.038,1 |
2 Bulan | Rp15.126,0 | Rp15.072,5 |
3 Bulan | Rp15.153,0 | Rp15.107,7 |
6 Bulan | Rp15.263,6 | Rp15.185,0 |
9 Bulan | Rp15.342,7 | Rp15.278,8 |
1 Tahun | Rp15.432,6 | Rp15.349,7 |
2 Tahun | Rp15.752,0 | Rp15.763,7 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer