Ekspor Naik 19 Bulan, Dolar Singapura Tembus Rp 10.700

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2022 11:00
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menembus Rp 10.700/SG$ pada perdagangan Senin (18/7/2022). Ekspor non minyak mentah (NODX) yang naik 19 bulan beruntun membuat dolar Singapura menguat lagi lawan rupiah.

Pada pukul 10:08 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.720/SG$, menguat 0,15% di pasar spot. Meski menguat, dolar Singapura sebenarnya bergerak sideways di kisaran Rp 10.650 - Rp 10.750/SG$ sejak pertengahan Juni lalu.

Data yang dirilis dari Singapura hari ini menunjukkan NODX Juni tumbuh 9% year-on-year (yoy), meski lebih rendah dari bulan sebelumnya yang melesat 12% (yoy).

Data dari Enterprice Singapore (ESG) juga menunjukkan baik ekspor elektronik dan non-elektronik mengalami kenaikan, begitu juga di 10 besar pasar utama, termasuk diantaranya Amerika Serikat, Malaysia dan Indonesia.

Secara bulanan, NODX tercatat tumbuh 3,7% pada Juni, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,8%.

Untuk diketahui, Singapura mengandalkan ekspor untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai tinggi, maka pertumbuhan ekonomi mengekor.

Data dari Kementerian Industri dan Perdagangan (MTI) kemarin menunjukkan produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 tumbuh 4,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4% (yoy). Namun, angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dari prediksi Reuters sebesar 5,2% (yoy).

Tingginya inflasi yang membuat Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengetatkan kebijakannya sebanyak 3 kali sejak tahun lalu membuat ekspansi dunia usaha menjadi melambat. Hal ini yang membuat PDB di bawah ekspektasi.

Meski demikian, menurut pemerintah Singapura, Negeri Merlion tidak akan mengalami resesi.

"Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi akan moderat, tetapi pada tahap tersebut tidak akan terjadi resesi atau pun stagflasi," kata Alvin Tan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, sebagaimana dilansir Channel News Asia Senin (4/7/2022). 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Bebas Masker di Luar Ruangan, Dolarnya Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular