
Jokowi Bayar Utang ke China, Duitnya Dari Mana?

Tensi geopolitik Rusia-Ukraina membawa keberkahan tersendiri bagi Indonesia. Di tengah lonjakan harga komoditas, Indonesia justru bak ketiban durian runtuh.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di hadapan dua wanita paling berpengaruh di dunia yakni Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam seminar bertajuk Macroeconomic Policy Mix For Stability and Economic Recovery di Bali, akhir pekan lalu.
"Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, kami menikmati windfall profit (durian runtuh) dari commodity boom," jelas Sri Mulyani.
Hal ini mendorong Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Juni 2022 tercatat surplus sebesar Rp 73,6 triliun atau 0,39% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Keseimbangan primer juga masih surplus dengan besaran Rp 259,7 triliun.
Pendapatan negara mencapai Rp 1.317,2 triliun (58,1%), Meliputi perpajakan sebesar Rp 1.035,9 triliun (58,1%), PNBP Rp 281 triliun (58,3%) dan hibah Rp 300 miliar (51,4%).
Belanja negara dalam enam bulan mencapai Rp 1.243,6 triliun (40%). Meliputi belanja pemerintah pusat Rp 876,5 triliun (38,1%) dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 367,1 triliun (45,6%).
Salah satu komponen belanja tersebut isinya adalah mengenai pembayaran bunga dan cicilan utang dari pemerintah. Besarnya penerimaan membuat pemerintah juga mengurangi penerbitan surat utang pada tahun ini.
Pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 turun tajam, yaitu Rp 732,2 triliun atau 3,92% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan demikian Indonesia berhasil mengurangi rencana penerbitan utang sebesar Rp 216 triliun.
(mij/mij)[Gambas:Video CNBC]
