Tunggu Suku Bunga BI, Rupiah Bisa Jauhi Rp 15.000/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2022 08:10
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis 0,01% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.990/US$ pada pekan lalu. Dengan demikian, mata uang Garuda sudah enam pekan beruntun tidak pernah menguat.

Di pekan ini, perhatian utama tertuju pada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (21/7/2022). Pasar akan melihat apakah BI akan masih akan mempertahankan suku bunganya di rekor terendah 3,5%.

Jika masih dipertahankan, maka selisih suku bunga dengan The Fed akan semakin menyempit, ada risiko capital outflow yang terjadi di pasar obligasi akan semakin besar.
Sementara jika dinaikkan, maka akan meningkatkan daya tarik SBN, dan mendongkrak nilai tukar rupiah. Tetapi, risikonya laju pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Selain pengumuman hasil RDG BI, inflasi di Eropa juga akan menjadi perhatian pelaku pasar. Semakin tinggi inflasi, maka risiko resesi semakin membesar.

Berdasarkan data awal Inflasi di zona euro pada bulan Juni tercatat melesat 8,1% (yoy) yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Data final inflasi di blok 19 negara tersebut akan drilis pada Selasa (19/7/2022) dan diperkirakan akan lebih tinggi lagi menjadi 8,6% (yoy), berdasarkan konsensus Trading Economics.

Dengan inflasi yang semakin tinggi, ada kemungkinan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Risiko resesi pun semakin membesar, yang tentunya memberikan sentimen negatif ke rupiah.

ECB pada bulan lalu sudah terang-terangan menyatakan akan menaikkan suku bunga pada bulan ini.

Sementara itu Inggris juga akan melaporkan data inflasi Juni. Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi akan naik lagi menjadi 9,2% (yoy) dari sebelumnya 9,1% (yoy) yang merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sejak akhir tahun lalu sudah 5 kali menaikkan suku bunga. Artinya, kenaikan suku bunga belum mampu meredam inflasi, dan BoE bisa lebih agresif lagi.

"Kami akan merespon apa pun yang terjadi, tetapi kami ingin masyarakat mengerti kami tidak akan membiarkan inflasi lepas kendali seperti yang terjadi pada tahun 1970an dan 1980an," kata Dave Ramsden, Deputi Gubernur BoE, sebagaimana dilansir Reuters Kamis (14/7/2022).

Semakin tinggi suku bunga, maka resesi akan semakin cepat terjadi, dan bisa berdampak negatif ke pasar finansial.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Sejak saat itu rupiah terus tertekan hingga sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$ pada Rabu (6/7/2022) lalu dan masih menjadi resisten di pekan ini. Jika pekan ini ditembus, dan tertahan di atasnya rupiah tentunya akan melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan FibonacciRetracement50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang bisa menahan pelemahan rupiah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat melihat indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Apalagi pada Rabu (6/7/2022) rupiah juga membentuk pola Shooting Star yang biasanya menjadi sinyal pembalikan arah.

Support pekan ini berada di kisaran Rp 14.950/US$ hingga Rp 14.930/US$. Jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.900/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan lebih jauh di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular