Tantangan UMKM Naik Kelas Makin Besar, BRI Beri Dukungan Ini

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
15 July 2022 09:46
BRI
Foto: Dok BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Supari menyebut digitalisasi menjadi salah satu instrumen survivabilitas dan ketahanan UMKM untuk mengurangi dampak pandemi. Adopsi teknologi ditunjukkan dengan kepemilikan smartphone oleh pelaku UMKM dan Ultra Mikro meningkat akibat tekanan pandemi beralih dari offline ke online dengan dukungan internet.

Menurut dia, krisis yang dihadapi pelaku UMKM dan ultra mikro saat ini berbeda dengan krisis ekonomi beberapa dekade silam. Pandemi menuntut pelaku usaha beradaptasi dengan pola konsumsi baru, memasuki pasar online, atau bermitra dengan digital platform dalam memasarkan produknya.

"Tidak semua pelaku UMKM ultra mikro secara alami memiliki kemampuan dan modal adaptasi yang sama. Tantangan baru di masa yang menantang ini membawa pertanyaan bagi pelaku UMKM, apakah mereka bisa 'mentas' atau bahkan naik kelas?," ungkap Supari dalam keterangan tertulis, Jumat (15/7/2022).

Berdasarkan riset terbarunya, Supari menemukan bahwa UMKM yang melakukan digitalisasi lebih mampu bertahan. Hal ini dikarenakan bisnis digital dapat menciptakan keunggulan kompetitif dan meningkatkan skala bisnis.

Berdasarkan lamanya digitalisasi mayoritas 75% UMKM belum melakukan bisnis secara digital dengan penetrasi hanya 25% UMKM yang menggunakan media sosial, website, atau marketplace untuk berjualan di masa pandemi. Kata dia, penyebabnya adalah aktivitas inklusi dan literasi yang masih perlu didorong sekaligus meningkatkan akses layanan keuangan formal.

Oleh karena itu, BRI selaku induk Holding ultra mikro (UMi) turut mendorong peningkatan kapabilitas pengusaha dan usahanya. Di mana pemerintah dalam rencana strategis ekonomi nasional ingin merealisasikan tingkat inklusi keuangan 90% di 2024.

"BRI memiliki kerangka program pemberdayaan UMKM baik untuk individu, kelompok dan ekosistem desa. Lebih dari 27 ribu tenaga pemasar BRI sebagai ujung tombak pemberdayaan meliputi literasi dasar, literasi bisnis, dan literasi digital. Program pemerintah bansos, membangun klaster usaha, dan desa brilian dilakukan secara intensif," tegasnya.

Melalui kerja sama antara Pegadaian dan PNM, BRI memberikan harapan baru bagi masyarakat ultra mikro dengan memperluas jaringan Unit Co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro) serta memperdalam layanan produk dan jasa keuangan formal.

"Berbagai program dilakukan BRI sebagai kerangka besar pemberdayaan sesuai koridor Sinergi Ekosistem Ultra Mikro. BRI mendorong entitas Pegadaian dan PNM memastikan pelaku usaha Ultra Mikro memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kesempatan akses layanan keuangan yang adil dan inklusif agar terhindar dari kerentanan dan menaikkelaskan pelaku usaha ultra mikro," ujar dia.

Lebih jauh, Supari mengungkap bahwa UMKM Ultra Mikro yang telah mengadopsi digital memiliki probabilitas ketahanan yang lebih tinggi, dengan peningkatan penjualan, likuiditas, dan profitabilitas. Fokus BRI dalam meningkatkan produktivitas pelaku UMKM Ultra Mikro menjadi langkah implementasi i4i (innovation for inclusion) atau intervensi inovasi yang berfokus pada inisiatif teknologi dalam meningkatkan akses layanan keuangan.

"Program dan aktivitas yang ditujukan pada ekosistem ultra mikro PNM dan Pegadaian disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan nasabah. Lebih khususnya pada kelompok prasejahtera di customer based PNM, program pemberdayaan diprioritaskan pada edukasi layanan keuangan digital dan cashless serta dukungan untuk pelaku usaha perempuan," papar Supari.

"BRI terus mendorong pelaku UMKM Ultra Mikro supaya berani bersaing di digital platform sebagai bagian dari journey cashless ecosystem yang harus dibangun. Langkah awal, BRI memastikan kepemilikan produk tabungan Simpedes UMi oleh nasabah PNM dan Pegadaian untuk memfasilitasi pencairan pinjaman hingga bertransaksi secara cashless dengan memanfaatkan sebaran Agen BRILink dan Agen Pegadaian sebagai solusi paling dekat," lanjut dia.

Di samping itu, BRI menyediakan Platform LinkUMKM agar pelaku usaha Ultra Mikro dapat mengakses modul-modul pemberdayaan berisi edukasi dasar, seperti pengenalan produk keuangan, pengelolaan cash flow usaha, pencatatan keuangan sederhana, hingga tips kemasan produk dan bagaimana cara memanfaatkan media untuk berjualan.

BRI bersama Pegadaian dan PNM juga telah menggelar Festival Pasar Senyum di Cirebon untuk mengenalkan produk UMKM Ultra Mikro lebih luas. Ajang ini menghadirkan 50 tenant, jenis usaha foods and beverages, hingga craft products binaan 3 entitas.

"Ajang ini merupakan pembuktian eksistensi UMKM Ultra Mikro, bahwa mereka memiliki peranan penting bagi perekonomian setempat," tegas Supari.

Kemudian, BRI kerja sama dengan Grab Indonesia menyelenggarakan 'Grab untuk UMKM' untuk memfasilitasi anggota kelompok Mekaar PNM, nasabah Pegadaian sekaligus BRI, sehingga mulai mengenal dan dapat menjadi mitra di Grab Merchant, Grabfood, dan Grab Kios. Melalui Grab Indonesia, BRI telah memfasilitasi pelatihan dan pendampingan digitalisasi UMKM Ultra Mikro di berbagai kota menghadirkan platform yang inklusif.

BRI kemudian bekerja sama Kementerian Investasi/ BKPM untuk memastikan para pelaku usaha memiliki syarat dokumen agar bisa bergabung sebagai mitra. Pelatihan Nomor Induk Berusaha (NIB) juga dilakukan sebagai tindak lanjut atas proses onboarding di digital platform atau marketplace.

"Sejumlah 1.800 peserta kelompok Mekaar PNM mengikuti rangkaian pelatihan pengembangan kapasitas usaha," papar dia.

Dengan program tersebut, menurut Supari, pelaku usaha ultra mikro memiliki ruang baru untuk berinovasi dan mengejar ketertinggalan. Hal ini sekaligus berdampak pada stimulus penyaluran pinjaman plus program pemberdayaan yang mendorong kemampuan produksi ekosistem Ultra Mikro naik 2,6 kali lipat atau naik 16% dibandingkan dengan kondisi tanpa sinergi ultra mikro.

Selain itu, dapat menjangkau pasar 1,4 lebih luas dan cepat, menambah jumlah demand penambahan modal 1,6 kali lipat, dan naik 33% jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

"Literasi dan inklusi bagi ekosistem Ultra Mikro bukan pekerjaan yang mudah, pemberdayaan digital, dimulai dari inisiatif membiasakan mereka berperilaku cashless merupakan sebuah inovasi pemberdayaan dalam rangka implementasi i4i (innovation for inclusion) bagi UMKM khususnya pelaku usaha Ultra Mikro," pungkas Supari.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Lho 3 Kunci Pendorong Pertumbuhan Berkelanjutan BRI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular