Inflasi AS Tembus 9,1%, Bank Sentral India: Ini Masalah Besar
Bali, CNBC Indonesia - Bank Sentral India menganggap lonjakan inflasi AS adalah masalah besar bagi dunia, termasuk negara berkembang seperti India maupun Indonesia. Semua negara harus segera menyiapkan antisipasi atas persoalan tersebut.
"Ini masalah besar, tidak hanya India, namun juga Indonesia, Thailand dan negara lainnya," ungkap Anand Prakash, Direktur Departemen Kebijakan Moneter Bank Sentral India dalam diskusi 'Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery', rangkaian agenda FMCBG G20, Kamis (14/7/2022)
Diketahui, inflasi di Amerika Serikat (AS) masih belum menunjukkan tanda-tanda melandai, bahkan terlihat makin lepas kendali. Padahal bank sentral AS (The Fed) sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) meroket 9,1% year-on-year (yoy) pada Juni, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6% dan ekspektasi Dow Jones 8,8%.
Menurut Anand, inflasi tersebut akan direspons oleh kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed). Bahkan bisa jadi lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Ini akan mengundang gejolak pada pasar keuangan global. Sulit bagi negara berkembang menahan arus modal kabur dari masing-masing negara. Mata uang pun pada akhirnya bergerak melemah terhadap dolar AS.
"Ini akan menekan mata uang dan pasar obligasi," jelasnya.
Melansir data Refnitiv, pada Rabu pagi , rupee ada di posisi 79,49/US$1, turun lebih dalam dibandingkan penutupan hari sebelumnya di posisi 79, 45/US$1.
Rupee India terus tertekan setelah investor asing terus menarik portfolio investasi mereka dari pasar keuangan Negara Bollywood. Sepanjang Juli saja, capital outflow telah menembus US$ 543,94 juta sementara sepanjang tahun 2022 menembus US$ 30,3 miliar.
Outflow diperkirakan belum akan berhenti dalam waktu dekat. Bank sentral India (RBI) memperkirakan ouflow di pasar keuangan India bisa menembus US$ 100,6 miliar per tahun atau 3,2% dari PDB.
RBI sudah menaikkan suku bunga acuan (repo rate) sebesar 40 basis poin (bp) menjadi 4,40%, dari sebelumnya di level 4%. Hal ini menjadi perubahan pertama dalam dua tahun terakhir dan kenaikan suku bunga pertama dalam hampir empat tahun terakhir.
"Ketika The Fed naikkan suku bunga acuan, kita akhirnya juga mengikuti," ujarnya.
(mij/mij)