Biden 'Kopdar' ke Negeri Raja Salman, Harga Minyak Turun?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertolak ke Timur Tengah dan dijadwalkan akan mengunjungi Arab Saudi pada Jumat (15/7/2022). Kunjungan Biden adalah untuk mendiskusikan berbagai permasalahan mulai dari keamanan hingga reorientasi kebijakan dengan Kerajaan.
Namun, berbagai pihak telah berspekulasi mengenai kunjungan Biden ke Negeri Raja Salman untuk menyelamatkan hubungan kedua negara tersebut dan juga untuk mengamankan bantuan minyak untuk meringankan beban yang dipikul AS karena harga minyak dunia melesat. Melonjaknya harga minyak mentah dunia memicu kenaikan pada harga bahan bakar di berbagai negara, tidak terkecuali AS.
Kabar teranyar dari negeri Paman Sam, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan angka inflasi pada Juni 2022 kembali menyentuh rekor tertinggi sejak 1981 di 9,1% secara year-on-year (yoy).
Melonjaknya angka inflasi tersebut dipicu oleh harga bahan bakar yang melambung tinggi hingga US$ 5 per galon (sekitar 4,5 liter). Akibatnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) melonjak, bahkan secara basis bulanan IHK utama naik 1,3% dan IHK inti naik 0,7%.
Sejak perang Rusia dan Ukraina mulai pada 24 Februari, harga minyak mentah dunia telah melesat di sekitar level US$100/barel karena sekutu Barat melarang minyak Rusia sehingga membatasi pasokan minyak global dan menaikkan harga.
Beberapa waktu lalu, kelompok negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC sepakat untuk menaikkan produksi minyak mentah dari 400.000 barel per hari menjadi 648.000 barel per hari di Juli dan Agustus. Sayangnya, mereka gagal untuk memenuhi kuota tersebut.
Di tengah kemelut menipisnya persediaan minyak mentah, Arab Saudi dinilai dapat meningkatkan produksinya sebagai salah satu solusi paling efektif saat ini.
Arab Saudi merupakan negara kedua terbesar sebagai produsen minyak mentah setelah AS, di mana berkontribusi sebanyak 11% total produksi minyak mentah dunia, jika mengacu pada data Administrasi Informasi Energi AS tahun 2021.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan bersikeras bahwa ruang lingkup perjalanan itu jauh lebih luas daripada misi sederhana untuk meningkatkan produksi minyak. Mereka mengatakan bahwa pihaknya hanya akan menyampaikan pandangan umumnya bahwa perlu ada pasokan yang memadai di pasar dunia untuk melindungi ekonomi global dari 'badai inflasi' yang berkelanjutan.
Bahkan, Biden menulis artikel op-ed di The Washington Post, beberapa hari sebelum keberangkatannya ke Timur Tengah. Biden mengatakan bahwa integrasi Timur Tengah akan menguntungkan banyak pihak termasuk masyarakat AS karena sumber daya energinya dapat mengurangi dampak perang Rusia-Ukraina yang menghambat pasokan global.
Pertanyaan yang timbul selanjutnya yaitu, apakah harga minyak dunia akan turun? Simak prediksi analis di halaman selanjutnya.
(aaf/aaf)