
TRGU-MRAT Kompak Meroket, SWID Masih Paling Boncos

Saat IHSG kembali ambles lebih dari 1%, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Rabu kemarin.
![]() |
Beberapa saham yang sebelumnya sempat masuk ke jajaran top gainers, pada perdagangan kemarin masuk ke jajaran top losers. Adapun saham tersebut yakni saham emiten jasa keuangan Grup MNC PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) dan saham perbankan syariah yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Saham BCAP ditutup ambruk 6,92% ke posisi harga Rp 121/saham. Saham BCAP pun terkena batas auto rejection bawah (ARB) kemarin.
Nilai transaksi saham BCAP pada perdagangan kemarin mencapai Rp 17,25 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 136,93 juta lembar saham. Investor asing melepas saham BCAP sebesar Rp 247,07 juta di pasar reguler.
Pada Senin lalu, saham BCAP sempat masuk ke jajaran top gainers dan harga sahamnya sempat melesat hingga 32,69%. Namun, pada akhirnya investor langsung merealisasikan keuntungannya kemarin.
Sedangkan saham BRIS ditutup ambrol 6,91% ke posisi Rp 1.415/saham dan juga menyentuh batas ARB-nya kemarin. Pada perdagangan Selasa lalu, saham BRIS padahal sempat menyentuh batas auto rejection atas (ARA).
Nilai transaksi saham BRIS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 76,01 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 52,46 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BRIS sebesar Rp 1,7 miliar di pasar reguler.
Pada Selasa lalu, saham BRIS sempat masuk ke jajaran top gainers dan harganya sempat melonjak 21,12% dan menduduki posisi ketiga di jajaran top gainers pada Selasa lalu.
Selain itu, saham emiten properti yang merupakan anak perusahaan dari Kelompok Usaha Saraswanti yakni PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID) yang baru melantai di bursa pada Kamis pekan lalu kembali masuk ke jajaran top losers kemarin.
Saham SWID ditutup anjlok 6,86% ke posisi Rp 163/saham. Saham SWID juga terkena batas ARB-nya pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi saham SWID pada perdagangan kemarin mencapai Rp 172,58 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,06 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham SWID sebesar Rp 163.000 di pasar reguler.
Dari debut perdananya pada Kamis lalu hingga kemarin, saham SWID hanya mencatatkan penguatan sekali saja yakni pada Kamis lalu, sisanya terpantau terkoreksi. Sejauh ini, saham SWID telah mencatatkan koreksi selama empat hari beruntun.
Sebelumnya pada perdagangan perdananya pada Kamis lalu, saham SWID sempat melesat hingga 8% ke posisi harga Rp 216/saham, dari harga penawaran perdananya di Rp 200/saham. Saham SWID pun sempat menyentuh batas auto rejection atas (ARA) pada saat itu.
Namun pada perdagangan hari keduanya, saham SWID justru ambruk 6,48% ke Rp 202/saham. Dari perdagangan perdananya hingga kemarin, saham SWID ambruk hingga 24,54%, sedangkan dari harga IPO hingga kemarin, saham SWID ambles 22,38%.
Saham SWID pun kini makin menjauhi dan di bawah harga penawaran perdananya di Rp 200/saham.
Sebagai informasi, Saraswanti Indoland Development didirikan pada tahun 2010 dan bergerak dalam bidang properti dan real estate. Perusahaan merupakan pemilik hotel The Alana Yogyakarta, Innside by Melia Yogyakarta dan Apartemen Mataram City.
SWID melakukan penawaran perdana (IPO) pada Kamis, 7 Juli lalu dan berhasil menggalang dana Rp 68 miliar setelah melepas 6,31% saham baru kepada investor publik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)[Gambas:Video CNBC]