Bursa Asia Dibuka Bervariasi Lagi, Shanghai Galau

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 July 2022 08:51
A man looks at an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Friday, Jan. 4, 2019. Japanese markets have tumbled as they reopened after the New Year holidays, while other Asian indexes are mixed after a technology-led sell-off on Wall Street. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Rabu (13/7/2022), di mana investor akan memantau rilis beberapa data ekonomi di Asia-Pasifik dan global pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,25%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,48%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,26%.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China dibuka turun tipis 0,03% dan bergerak volatil, ASX 200 Australia melemah 0,2%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,28%.

Data perdagangan China pada periode Juni 2022 akan dirilis pada hari ini pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB. Pasar dalam polling Reuters memperkirakan ekspor Negeri Panda pada bulan lalu naik 12%, sedangkan impor Negeri Panda juga diperkirakan tumbuh 3,9%.

Sementara itu dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya hari ini.

Pasar dalam survei Reuters memperkirakan bahwa BoK akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin (bp), di mana hal ini menjadi yang pertama kalinya BoK menaikkan suku bunganya sebesar setengah poin persentase.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah kembali lesunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada Selasa kemarin waktu setempat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,62% ke posisi 30.981,33, S&P 500 terkoreksi 0,92% ke 3.819,14, dan Nasdaq Composite merosot 0,95% menjadi 11.264,73.

Saat ini, investor di AS berfokus pada rilis laporan keuangan emiten-emiten besar di perdagangan akhir pekan ini. Para pemodal akan menyaksikan bagaimana kenaikan inflasi yang tinggi di AS berdampak pada kinerja keuangan emiten.

Selain rilis kinerja keuangan emiten, investor juga terus memantau perkembangan indeks dolar AS yang mengukur kinerja dolar AS terhadap 6 mata uang dunia lainnya.

Indeks dolar AS naik tajam 13% sepanjang tahun ini. Beberapa analis telah memperingatkan keperkasaan dolar AS dapat menjadi masalah untuk musim rilis kinerja keuangan ke depannya.

Investor masih akan memperhatikan risiko penurunan pada perkiraan pendapatan karena perusahaan bergulat dengan kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi yang lebih besar, serta investor memperdebatkan kemungkinan resesi.

Di tengah risiko tersebut, investor juga menghindari aset berisiko seperti saham demi aset minim risiko seperti obligasi pemerintah.

Adanya aksi beli investor terhadap obligasi pemerintah membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun 9 bp menjadi 2,9%, yang mengindikasikan bahwa harganya sedang naik.

Namun bukan yield saja yang menjadi pantauan pemodal, melainkan juga kurva imbal hasilnya. Kurva imbal hasil antara obligasi tenor 2 tahun dan 10 tahun yang terbalik kembali terjadi hingga kemarin, setelah terjadi sebelumnya pada April lalu.

Secara historis, pembalikan kurva imbal hasil menjadi leading indicator bahwa ekonomi AS akan segera memasuki resesi.

Selain itu, investor global akan menanti rilis data inflasi AS pada periode Juni 2022. Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) diprediksi akan membentuk level tertinggi barunya pada bulan lalu, yakni 8,8%, seperti yang diekspektasikan pasar dalam konsensus Trading Economics.

Laju inflasi yang membandel bisa membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) semakin agresif dalam menaikkan suku bunga acuan yang berakibat pada kenaikan dolar AS dan melemahnya mata uang negara lain.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular