Naik 13 Hari Beruntun, Harga Batu Bara Dekati Rekor Tertinggi

Maesaroh, CNBC Indonesia
Rabu, 13/07/2022 07:25 WIB
Foto: Adaro Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terbang dan kian mendekati level tertinggi dalam sejarah. Pada perdagangan Selasa (12//7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 438,4 per ton. Melonjak 2,72% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Harga tersebut hanya kalah dar rekor tertingginya dalam sejarah yang tercatat pada 2 Maret 2022 atau empat bulan terakhir. Saat harga batu bara menembus US$ 446 per ton.

Penguatan kemarin juga mencatat rekor baru pada tahun ini yakni rally terpanjang. Dengan menguatnya harga kemarin maka rally harga batu bara sudah berlangsung selama 13 hari. Rally tersebut merupakan yang terpanjang pada tahun ini.



Rally panjang batu bara terakhir terjadi pada Desember 2021 yakni 14 hari. Secara keseluruhan, harga batu bara terbang 11,7% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara melonjak 30,1% sementara dalam setahun melesat 221,4%.

Melonjaknya harga batu bara dipicu sejumlah faktor mulai kekhawatiran pasokan gas di Eropa, gelombang panas di Eropa, serta banjir di Australia. Perawatan pipa gas Nord Stream 1 dikhawatirkan tidak akan selesai tepat waktu sehingga pasokan gas bisa terancam. Seperti diketahui, Gazprom menghentikan pasokan gas ke Eropa melalui jaringan Nord Stream 1 karena tengah dalam perawatan dari 11-21 Juli mendatang.

Produksi gas Norwegia juga akan berkurang karena anjungan lepas pantai di Sleipner mengalami kebocoran sehingga harus dihentikan kemarin. Belum ada pengumuman kapan produksi akan kembali normal.


Inggris merupakan salah satu negara yang akan terdampak besar dengan kebocoran tersebut karena mereka menggantungkan pasokan gas ke Norwegia. Perbaikan Nord stream 1 dan berkurangnya pasokan dari Norwegia kembali melambungkan gas alam di Eropa yang akhirnya mengerek harga batu bara.

Pasokan gas yang dikhawatirkan berkurang ini terjadi saat Eropa menghadapi gelombang panas. Pembangkit listrik batu bara pun akan menjadi pilihan untuk meningkatkan pasokan listrik. Suhu mencapai 29 derajat Celcius di Inggris sementara di belahan Eropa lain seperti Prancis dan Spanyol menyentuh 40 derajat Celcius.

"Gelombang panas di Eropa akan meningkatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan. Akan ada kenaikan kebutuhan pembangkit listrik fosil untuk memenuhi tingginya permintaan listrik," tutur analis dari perushaan konsultan Jerman EnergyCharts.de, seperti dikutip dari Montel News.

Musim panas yang terik juga akan membuat permukaan sungai menyusut sehingga mengganggu lalu lintas pengiriman ekspor, termasuk batu bara, di sejumlah negara seperti Jerman.

Gangguan cuaca juga masih melanda Australia. Banir masih menggenangi beberapa negara bagian Australia, seperti New South Wales. Biro meteorology Australia mengingatkan banjir masih akan terjadi di beberapa titik di new South Wales seperti Wollombi Brook, Lachlan, Macquarie , dan Hunter. Wilayah Hunter merupakan salah satu pusat penambangan batu bara di Australia.

Dilansir dari Montel News, pasar juga khawatir dengan pasokan batu bara sehingga trader melakukan bidding yang sangat agresif.

"Pasokan batu bara sebenarnya tersedia sekarang ini tetapi semua meyakini bahwa musim dingin ini akan sangat mengerikan. Harga gas dan batu bara diperkirakan akan melonjak pada saat itu," tutur salah seorang broker asal Inggris.

Namun, seorang trader mengatakan bahwa fundamental untuk harga batu bara terus naik sebenarnya terbatas di jangka pendek. Pasalnya, pasokan melimpah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin