Investasi Telkomsel ke GOTO Lewati Proses Ketat

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Selasa, 12/07/2022 18:08 WIB
Foto: Suasana Seremoni Pencatatan Perdana Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (dok. GoTo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp 6,4 triliun dituduh memiliki konflik kepentingan. Konflik kepentingan terjadi antara Menteri BUMN Erick Thohir dan dewan komisaris GOTO, bahkan hal ini kemudian berlanjut ke ranah politik dengan pembentukan panitia kerja ( Panja ) Komisi VI DPR RI.

Pengamat Pasar Modal dan CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto menilai bahwa masuknya Telkomsel ke bisnis GOTO merupakan hal wajar. Di mana langkah tersebut merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk keberlangsungan bisnis.

Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan industri telekomunikasi mengalami perlambatan, yakni hanya bertumbuh 2,8% di 2021. Oleh karena itu, berinvestasi di perusahaan digital bertujuan agar pertumbuhan bisnis bisa stabil.


"Apa yang dilakukan Telkomsel, mencari strategic partner yang bisa mendukung bisnis inti ke depan, salah satunya menyasar Gojek. Isunya adalah bagaimana perusahan Telkom ini berusaha untuk bisa menumbuh kembangkan atau perusahaannya sustain," jelas dia dalam diskusi Isu Investasi Telkomsel, Fakta atau Fitnah, Selasa (12/7/2022).

Tak hanya itu, kata dia, strategi bisnis semacam ini pun marak terjadi di luar negeri, seperti China, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa.

"Jadi ini menjadi tren global. Mau tidak mau, kalau pertumbuhannya mau sustain, Telkomsel harus banyak melakukan strategi yang inorganik seperti ini. Ini menjadi suatu keharusan. Kalau tidak, pertumbuhannya stagnan," tegas Fendi.

Adapun dalam membuat keputusan untuk berinvestasi di GOTO, kata dia, Telkomsel memiliki pengawasan yang ketat dan melibatkan berbagai pihak.

"Kontrolnya tidak hanya di komisaris. Komisaris tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak ada keputusan dari pemegang saham. Sangat ketat dan melibatkan banyak pihak. Telkom pemegang saham bukan hanya BUMN, tapi Singtel juga," tegas Fendi.

Seperti diketahui sebesar 65% saham Telkomsel dimiliki Telkom yang merupakan perusahaan BUMN. Sedangkan sisanya yakni 35% dimiliki oleh Singapore Telecom Mobile TTE (Singtel Mobile) yang merupakan perusahaan milik pemerintah Singapura.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Usaha FHUI (LKPU FH UI) Ditha Wiradiputra, juga menyebut keputusan Telkomsel untuk berinvestasi di GOTO sudah melewati proses yang panjang. Di mana keputusan ini diambil melalui usulan dari direksi, komisaris, hingga pemegang saham.

"Kalau tidak salah, berdasarkan data yang ada dari 2018, Telkom Group sudah mempunyai rencana melalui Telkomsel untuk investasi di Gojek. Namun berhubung regulasi yang mengatur transportasi ride hailing belum jelas, membuat Telkomsel menahan diri," ungkap dia.

Senada dengan Fendi, Ditha juga menekankan kondisi bisnis Telkomsel saat ini perlu untuk melakukan transformasi. Jika tidak transformasi tidak dilakukan, lanjut dia, Telkomsel tak akan mampu menjadi pemain meski memiliki infrastruktur yang memadai.

"Ini yang mendorong mereka (Telkomsel) masuk ke perusahaan teknologi. Meskipun Telkom meng-create perusahaan teknologi, tapi tidak seberuntung perusahan Gojek, Tokopedia," ujar Ditha.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dividen Besar & Aksi Buyback, Saham TLKM Bakal Tembus 3.100?