Digebuk Dolar, Harga Tembaga Jatuh ke Posisi Terendah 2 Tahun

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
12 July 2022 18:20
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia menyentuh posisi terendah dalam dua tahun dibebani oleh mata uang dolar Amerika Serikat yang menguat.

Pada Selasa (12/2/2022) pukul 15.50 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.468,5/ton, anjlok 1,53% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Dollar index (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama) tercatat 108,5, naik 0,45% dibandingkan posisi kemarin. Ini merupakan posisi tertinggi sejak tahun 2002 atau dua dekade lalu.

Tingginya dolar menjadi sentimen negatif bagi tembaga yang dibanderol dengan dolar karena menjadi mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Tambahan pasokan dunia akan datang dari tambang tembaga Quellaveco di Peru, yang dimiliki oleh penambang global Anglo American dan Mitsubishi Corp telah memulai produksi konsentrat tembaga.

Anglo American, yang memiliki 60% saham di tambang tersebut, awal tahun ini memperkirakan proyek tembaga Peru senilai US$5,5 miliar akan mulai beroperasi pada pertengahan 2022. Diperkirakan produksinya mencapai 100.000 hingga 150.000 ton tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya 120.000 menjadi 160.000 ton.

Sementara itu analis pasar Wang Tao melalui analisis teknikal, memperkirakan harga tembaga dunia masih bisa turun. Tembaga akan menuju area supportnya di US$ 7.355/ton minggu ini. Jika turun dari area tersebut, perhentian selanjutnya di kisaran US$ 6.872 hingga US$ 7.133 per ton.

"Logam menunggangi gelombang (e), yang terdiri dari lima gelombang. Pantulan dari terendah 6 Juli di US$ 7.720/ton mungkin telah didorong oleh gelombang 4 yang berakhir di sekitar resistance di US$ 7.897/ton," kata Wang dalam risetnya

"Gelombang ini diperkirakan akan dibalik oleh gelombang 5 saat ini yang dapat merambat ke kisaran US$ 6.872 - US$7.113/ton. Penembusan di atas US$ 7.747/ton dapat menyebabkan kenaikan ke kisaran US$ 7.897 - US$8.018/ton."

Harga TembagaFoto: Reuters
Harga Tembaga

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular