Reklamasi Air Jangkang Jadi Pilot Project TINS

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
12 July 2022 12:00
PT Timah memusatkan produksi sumber daya timahnya di pulau Bangka, yang terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian, peleburan, hingga penjualan.
Foto: PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) menjadi produsen timah terbesar di Indonesia dan menjadi bagian dari holding BUMN pertambangan, Mind ID. Dengan produksi timah yang besar setiap tahunnya, perusahaan berhasil memanfaatkan tanah lubang bekas pengerukan tambang timah di Bangka Belitung menjadi area wisata Kampung Reklamasi Air Jangkang.

Hal ini membuktikan bahwa aktivitas penambangan tidak hanya mengeruk sumber daya alam, namun juga bisa mengembalikan lahan bekas tambang ke fungsi lainnya. Lahan bekas tambang masih bisa dimanfaatkan dan dikembalikan lagi fungsinya bagi masyarakat.

Kampung Reklamasi Air Jangkang bukan menjadi pilot project keberhasilan PT Timah mengembalikan fungsi lahan bekas tambang, dan menjadi 'role model' untuk daerah lainnya.

"Di Belitung sudah ada walaupun tidak sebesar ini dan insya allah di setiap Kabupaten di Bangka akan dibuatkan seperti ini, tapi ini sebagai Pilot Project-nya dulu. Kalau ini berhasil, tidak sulit lagi mengembangkan di tempat lain," ujar Kepala Divisi Reklamasi PT TAM Yose Rizal Adha kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Salah satu bukti pemanfaatan tanah bekas tambang dapat diterapkan di daerah lain adalah keberhasilan dibangunnya gedung utama rumah adat Melayu yang digunakan oleh masyarakat sekitar Kampung Reklamasi Air Jangkung untuk beraktivitas dalam melakukan pertemuan.

Pun begitu, pemanfaatan lahan bekas tambang tersebut memiliki tantangannya sendiri, seperti topografi tanah. Pasalnya, tipe atau jenis tanah bekas tambang kebanyakan adalah rawa yang cukup lembut sehingga belum stabil sepenuhnya.

PT Timah lewat PT TAM juga mengamankan buaya-buaya yang tertangkap oleh manusia, dan diamankan ke satu area konservasi, salah satunya di kampung Reklamasi Air Jangkang. Setidaknya ada 30 ekor buaya yang kini dirawat di area itu, salah satunya buaya jenis Muara yang kerap ditemukan dekat rawa.

Untuk fasilitas pengelolaannya sendiri, area tersebut kini memiliki beberapa rumah panggung, hidroponik tanaman sayuran dan buah-buahan, perikanan, bioflok dan juga pusat penyelamatan satwa. Kampung Reklamasi Air Jangkung juga memanfaatkan areanya di sektor peternakan, seperti mengembangbiakan sapi, kuda, kambing, bebek, hingga peternakan ikan.

"Sebelumnya mungkin banyak galian tanah. Jadi tanah yang bekas galian itu hampir dikatakan parah, hampir tidak ada humus karena sudah digali, bentuknya sudah tidak teratur lagi banyak gundukan banyak lubang dan tidak aman tuh untuk manusia ya," terang Kepala Unit Metalurgo Muntok PT Timah, Wiyono kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PT Timah Siap Operasikan Smelter Baru di Semester II-2022 Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular