Ini Alasan Bank Muamalat Listing di BEI Akhir 2023
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Muamalat berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rencana ini kabarnya bakal dilakukan pada akhir 2023.
Direktur Utama Bank Muamalat, Achmad Kusna Permana, mengatakan hal ini sejalan dengan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, rencana ini akan sesuai dengan konsolidasi antara perseroan dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang kini menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat.
"Akan turn around akhir 2023 sesuai permintaan pemegang saham dan sudah disampaikan kepada OJK," jelas Permana kepada media di Jakarta, Senin (11/7/2022).
Ia menambahkan, Bank Muamalat pada 2023 sudah lebih baik dibandingkan saat ini yang tengah fokus memperbaiki kondisi. Dus, ini bakal menjadi momentum yang tepat untuk mencatatkan saham di BEI. Asal tahu saja, Bank Muamalat saat ini sudah berstatus perusahaan terbuka, namun sahamnya belum diperdagangkan di bursa efek.
Haji & Umroh
Muamalat sudah lebih percaya diri dengan target pendaftaran haji dan umroh. Tahun ini, Permana menargetkan 52 ribu pendaftaran haji dengan mayoritas di pendaftaran umum dan hanya 32% adalah haji khusus.
Menurutnya, dengan mayoritas masyarakat muslim, Muamalat yakin masih banyak masyarakat berkeinginan untuk naik haji. Namun, yang masih jadi kendala adalah kemampuan masyarakat.
"Akibat pandemi selama dua tahun terakhir pendaftaran haji turun drastis dan haji serta umroh bukan prioritas, oleh karena itu jika perbaikan setelah pandemi berjalan dengan baik, kami cukup percaya diri target ini bisa tercapai," ungkap Permana.
Apalagi menurut Permana dengan pandemi membuat kini mendaftar haji dan pelunasan haji pun jadi lebih mudah melalui aplikasi. Bahkan menurut Permana kini 65% transaksi di cabang sudah berpindah ke aplikasi.
"Dengan digital akan menjangkau lebih banyak oleh karena itu pula investasi kami di digital tahun ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya," tegas Permana.
Asal tahu saja, BPKH resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat sejak akhir 2021 lalu. Kalai itu, BPKH menerima pengalihan saham melalui hibah dari para pemegang saham pengendali (PSP) sebelumnya, yakni Islamic Development Bank (IsDB), Boubyan Bank, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited.
Pasca itu, Bank Muamalat terus mempercantik diri dengan melakukan berbagai langkah strategis. Mulai dengan restrukturisasi aset bermasalah dengan menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PT PPA.
Maka, PT PPA mengelola aset berkualitas rendah Bank Muamalat sebesar Rp 10 triliun. Ini membuat non performing financing (NPF) gross Bank Muamalat turun menjadi sekitar 0,49% per Maret 2022 turun dari 4,93% di Maret 2021.
Sejalan dengan itu, BPKH juga menyuntik modal kepada Bank Muamalat sebesar Rp 3 triliun. Rinciannya, senilai Rp 1 triliun dari rights issue dan Rp 2 triliun dari penyerapan sukuk Subordinasi yang diterbitkan oleh bank syariah pertama di tanah air itu.
Ini membuat rasio kecukupan modal inti atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat melejit 33,39% per Maret 2022. Jauh dari posisi Maret 2021 di level 15,06%.
(RCI/dhf)