Rupiah Keok Lagi! Amerika Tak Jadi Resesi Tengah Tahun Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih belum mampu bangkit melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski sudah membukukan pelemahan 5 pekan beruntun. Pada perdagangan Senin (11/7/2022) rupiah kembali melemah tipis.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% di Rp 14.980/US$. Sempat menguat 0,08% ke Rp 14.963/US$, rupiah kemudian kembali ke Rp 14.980/US$ pada pukul 9:09 WIB.
Tanda-tanda rupiah akan melemah tipis sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.
Periode | Kurs Jumat (8/7) pukul 15:13 WIB | Kurs Senin (11/7) pukul 8:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.954,9 | Rp14.960,0 |
1 Bulan | Rp14.972,4 | Rp14.978,9 |
2 Bulan | Rp15.009,8 | Rp14.994,0 |
3 Bulan | Rp15.071,2 | Rp15.017,0 |
6 Bulan | Rp15.125,7 | Rp15.079,0 |
9 Bulan | Rp15.125,7 | Rp15.125,0 |
1 Tahun | Rp15.204,6 | Rp15.215,0 |
2 Tahun | Rp15.631,9 | Rp15.659,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Data yang dirilis dari Amerika Serikat Jumat pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih kuat. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.
Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dan rata-rata upah per jam naik 5,2% year-on-year (yoy), juga lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5% (yoy).
Dengan kuatnya pasar tenaga kerja, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga 75 basis poin di bulan ini.
"Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (8/7/2022).
Selain itu, dengan pasar tenaga kerja yang kuat, perekonomian AS diperkirakan tidak akan mengalami resesi di pertengahan 2022, meski di kuartal I-2022 produk domestik bruto (PDB) berkontraksi 1,6%. Seandainya di kuartal II-2022 kembali mengalami kontraksi, maka Amerika Serikat mengalami resesi.
"Data tenaga kerja bulan Juni sangat kuat, bahkan lebih kuat dari perkiraan. Pertumbuhan tenaga kerja di atas konsensus, tingkat pengangguran masih dekat rekor terendah beberapa dekade, dan kenaikan upah solid. Ini data tenaga kerja yang sangat kuat dan menunjukkan perekonomian AS tidak mendekati resesi di pertengahan 2022," kata Gus Faucher, kepala ekonom di PNC Financial Services Group, sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Bursa Saham Ijo Royo-Royo, Rupiah Ikut Melesat!
(pap/pap)