Minggu Lalu Nanjak, Harga Batu Bara Melandai Pekan Ini?

Maesaroh, CNBC Indonesia
11 July 2022 06:44
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terbang 10,8% pada pekan lalu akibat gangguan cuaca di Australia dan lonjakan harga gas alam di Eropa. Namun, laju kencang harga batu bara diperkirakan sedikit mereda pada pekan ini.

Kinerja batu bara sangat impresif pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (8/7/2022), harga batu bara ditutup menguat 0,7% di harga US$ 415,5 per troy ons.

Penguatan tersebut memperpanjang rally harga batu bara yang sudah berlangsung sejak 30 Juni 2022 atau tujuh hari perdagangan beruntun. Rally harga tersebut juga membawa harga batu bara kembali ke level psikologis US$ 400 per troy ons.

Dalam sepekan, harga batu bara melambung 10,8% secara point to point. Harga batu bara juga melesat 13,8% dan terbang 209,8% dalam setahun.


Analis dan trader memperkirakan harga batu bara akan mendingin pada pekan ini. Harga si batu hitam diperkirakan masih akan tinggi tapi tidak akan setinggi pekan lalu karena kekhawatiran pasokan gas sedikit mereda.

Sinyal positif Kanada untuk mengirimkan turbin untuk perawatan pipa milik Gazprom , perusahaan gas asal Rusia, membuat pasar optimis bahwa pasokan gas akan kembali meningkat. Turbin tersebut diperlukan untuk perawatan pipa gas Nord Stream 1 yang mengalirkan gas ke Jerman.

Sebagai catatan, Gazprom memangkas pasokan gas menjadi hanya 40% dengan alasan perawatan serta kesengajaan perusahaan Jerman Siemens Energy di Kanada dalam mengirim turbin tersebut. Pipa Nord Stream akan menjalani perawatan pada 11-21 Juli 2022. 

Ukraina sendiri menentang pengiriman tersebut karena dinilai sebagai bentuk pelonggaran sanksi.

Jika Kanada memutuskan untuk mengirim turbin tersebut maka kekhawatiran pasokan gas sedikit mereda dan harga gas pun melandai. Kondisi tersebut akan berdampak besar kepada harga batu bara karena batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas.

Pekan lalu, harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) sempat menyentuh EUR 181 per megawatt-jam kemarin. Kenaikan harga tersebut langsung ikut mengerek harga batu bara.

"Pasar gas masih menduga-duga apakah Kanada akan mengirim turbin tersebut dan Rusia akan meningkatkan ekspor gas kembali," tutur analis komoditas dari firma investasi Inggris, kepada Montel News.

Melandainya harga batu bara pada pekan ini juga dipicu kekhawatiran akan resesi. Jika perekonomian global memburuk dan resesi maka permintaan batu bara akan melemah.

Namun, keputusan negara-negara Eropa untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik batu bara masih akan menopang pergerakan batu hitam ke minggu ini. Pada Jumat pekan lalu, parlemen Jerman akhirnya menyepakati peraturan yang mengizinkan pengoperasian kembali pembangkit listrik batu bara mereka. Keputusan yang dinilai "menyakitkan tapi perlu" ini diharapkan bisa mengamankan pasokan energi selama musim dingin.

Banjir di Australia juga diperkirakan masih akan membantu pergerakan batu bara minggu ini. Banjir di negara bagian New South Wales membuat lalu lintas pengiriman menuju Pelabuhan Newcastle terganggu. Sepekan terakhir, ekspor dari pelabuhan tersebut hanya mencapai 1 juta ton, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata mingguannya 3,2-3,5 juta ton.

"Tidak ada yang berubah dari faktor fundamental penggerak batu bara. Ada beberapa trader yang melihat pasokan masih ketat namun banyak juga trader yang enggan menaikkan tawaran atau mempertahankan harga batu bara pada posisi tinggi seperti sekarang karena melihat pasokan akan aman," tutur seorang trader dari Swiss, seperti dilansir dari Montel News.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berita Buruk di Awal Tahun, Harga Batu Bara Anjlok 7%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular