Di AS Masih Inversi Yield, Harga SBN Ditutup Beragam

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (8/7/2022) akhir pekan ini, di mana tanda-tanda resesi masih muncul dari inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam pada hari ini. Di SBN tenor 1, 20, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan melemahnya harga.
Sedangkan di SBN tenor 3, 5, 10, dan 15 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikannya pada hari ini, yakni meningkat 6 basis poin (bp) ke posisi 4,279%.
Sementara untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar penurunannya hari ini, yakni menurun 2 bp ke posisi 7,257%.
Adapun untuk yield SBN berjangka panjang, yakni berjatuh tempo 30 tahun cenderung stagnan di posisi 7,419%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kembali merilis hasil survei konsumen. Hasilnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2022 berada di 128,2, sedikit menurun dibandingkan sebelumnya yakni 128,9.
IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Jika di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang. Berlaku juga sebaliknya.
Pada IKK Mei 2022, survei IKK yang bertepatan pada Hari Raya Idulfitri berada di 128,9, naik tajam dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada Juni, IKK tetap berada pada level optimis.
IKK yang masih tinggi membuat outlook perekonomian RI masih cenderung bagus. Sebab, semakin tinggi IKK, konsumen cenderung akan semakin banyak belanja yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya.
Belanja rumah tangga merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran, dengan porsi mencapai 53,65% di kuartal I-2022. Dengan IKK yang masih tinggi, maka belanja rumah tangga bisa terus tumbuh yang berdampak positif ke PDB.
Sementara itu dari AS, inversi yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) masih terjadi pada hari ini, meski Treasury tenor 2 tahun dan tenor 10 tahun mulai melandai.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun melemah 3,5 bp ke posisi 3,006% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan Kamis kemarin di 3,041%.
Sedangkan untuk yield Treasury berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan obligasi acuan pemerintah Negeri Paman Sam juga menurun 1,3 bp ke 2,995%, dari sebelumnya pada Kamis kemarin di 3,008%.
Terjadinya inversi sering ditafsirkan sebagai tanda peringatan bahwa resesi ekonomi telah di depan mata. Sebelumnya, inversi juga terjadi pada April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Negeri Paman Sam.
Sebelumnya pada Rabu lalu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) merilis risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC).
Risalah tersebut menunjukkan bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sekitar 50-75 bp lagi pada bulan ini, karena The Fed serius untuk memerangi inflasi.
Di lain sisi, investor global akan memantau rilis beberapa data ketenagakerjaan AS pada periode Juni 2022, di antaranya yakni penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), tingkat pengangguran, dan perubahan rata-rata upah per jam.
Data ini merupakan salah satu indikator yang digunakan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain data inflasi tentunya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
The Fed Makin Hawkish, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi
(chd/vap)