5 Emiten Asal Jogja, dari Hotel Sampai Perusahaan Teknologi

Market - Tim Riset, CNBC Indonesia
08 July 2022 07:55
Tugu Jogja (Foto: Usman Hadi/detikcom) Foto: Tugu Jogja (Foto: Usman Hadi/detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski dikenal sebagai salah satu kota destinasi wisata, Yogyakarta yang berjarak lebih dari 500 Km dari pusat keuangan Indonesia juga ternyata memiliki sektor industri lain dalam denyut nadi ekonominya.

Hal ini setidaknya terlihat dari sejumlah perusahaan asal Kota Pelajar tersebut yang tercatat sebagai perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saat ini, setidaknya terdapat lima emiten asal Yogyakarta dan bergerak di lintas sektor. Berikut secara lengkap daftar perusahaan asal Yogyakarta disertai kinerja keuangan serta saham berurutan dari yang memiliki kapitalisasi terbesar di BEI.

1. Saraswanti Indoland Development (SWID)

Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 1,16 triliun ini didirikan pada tahun 2010 dan bergerak dalam bidang properti dan real estat. Perusahaan merupakan pemilik hotel The Alana Yogyakarta, Innside by Melia Yogyakarta dan Apartemen Mataram City.

SWID melakukan penawaran perdana (IPO) pada 7 Juli dan berhasil menggalang dana Rp 68 miliar setelah melepas 6,31% saham baru kepada investor publik.

Pada perdagangan perdana kemarin, saham SWID mampu ditutup menguat 8%, setelah sempat menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 35% di awal perdagangan.

Merujuk prospektus IPO, perusahaan membukukan pendapatan Rp 127,23 miliar sepanjang tahun 2021 lalu, turun 17% dari tahun 2020 yang merupakan awal pandemi Covid-19 di mana perusahaan memperoleh pendapatan Rp 153,14 miliar.

Sementara itu laba perusahaan tercatat Rp 20,69 miliar atau terpangkas lebih dari setengahnya dibandingkan tahun sebelumnya di angka Rp 44,33 miliar.

2. Indo Boga Sukses (IBOS)

Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 868 miliar ini didirikan pada tahun 2019 di Yogyakarta dan bergerak dalam bidang makanan dan minuman, pengolahan makanan, restoran dan café, serta hotel.

Perusahaan memiliki dan mengoperasikan restoran bernuansa Eropa yaitu, D'Monaco Restaurant. IBOS melakukan penawaran perdana (IPO) pada 25 April lalu dan berhasil menggalang dana Rp 160,74 miliar setelah melepas 20% saham baru kepada investor publik.

Merujuk prospektus IPO, perusahaan membukukan pendapatan Rp 67,34 miliar sepanjang tahun 2021 lalu, meningkat 26% dari semula Rp 53,31 miliar pada tahun 2020. Sementara itu laba perusahaan juga tercatat naik menjadi Rp 8,67 miliar dari semula Rp 5,71 miliar.

Saat ini saham perusahaan diperdagangkan di harga Rp 108/saham atau 8% lebih tinggi dari harga IPO di Rp 100/saham.

3. Sinergi Megah Internusa (NUSA)

Sama dengan dua perusahaan sebelumnya, emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 385 miliar ini juga bergerak di bidang pariwisata. Perusahaan diketahui mengoperasikan hotel boutique yang berlokasi di Yogyakarta, yaitu "Lafayette Boutique Hotel".

NUSA melakukan penawaran perdana (IPO) pada 12 Juli 2018 dan berhasil menggalang dana Rp 180 miliar setelah melepas 15,58% saham baru kepada investor publik.

Saat ini perdagangan saham ini sedang ditangguhkan oleh pihak bursa dan memperoleh tiga notasi terkait keterlambatan pengumpulan laporan keuangan, belum melaksanakan RUPS dan pengawasan spesial dari pihak bursa.

NUSA secara tidak langsung diketahui ikut terseret dalam pusaran kasus korupsi hingga aset perusahaan dikabarkan disita akibat kasus hukum yang dijalani oleh komisaris utama/pemegang saham pengendali perseroan yang terjerat mega skandal dugaan korupsi PT Asabri (Persero).

Adapun terkait kinerja keuangan, perusahaan terakhir kali menyetorkan laporan keuangan kuartal III 2019, yang mana perusahaan masih mengalami kerugian Rp 11,31 miliar.

Pendapatan perusahaan juga ikut turun menjadi Rp 8,78 miliar dari sebelumnya Rp 9,76 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Perusahaan tercatat memiliki total aset senilai Rp 817,91 miliar, dengan aset lancar tercatat sebesar Rp 323,16 miliar dan Rp 494,75 miliar sisanya merupakan aset tidak lancar.

Aset tersebut termasuk persediaan real estate berupa tanah untuk dikembangkan senilai Rp 420 miliar yang diakuisisi tahun 2017 dan berlokasi di Batam. Selain itu aset tetap lain yang berupa kepemilikan langsung tanah bangunan hotel dan segala isinya mencapai Rp 74,64 miliar.

Liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 64,76 miliar, terbagi menjadi liabilitas jangka pendek sejumlah Rp 23,33 miliar termasuk di dalamnya adalah utang kepada pihak berelasi yakni kepada Benny Tjokrosaputro sejumlah Rp 14,80 miliar.

Liabilitas jangka panjang sebesar Rp 41,43 miliar yang di dalamnya termasuk utang kepada Bank BNI sebesar Rp 41,02 miliar.

Akibat suspensi dan kondisi perusahaan yang carut marut, saham NUSA juga berpotensi dikeluarkan dari papan perdagangan Bursa alias delisting.

4. Eastparc Hotel (EAST)

Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 376 miliar didirikan tahun 2011 silam dan bergerak di bidang pariwisata, restoran dan event organizer. Saat ini Perusahaan memiliki dan mengoperasikan satu hotel bintang 5 yaitu Eastparc Hotel yang berada di Yogyakarta, dan memulai kegiatan komersialnya pada bulan Oktober 2013.

EAST melakukan penawaran perdana (IPO) pada 9 Juli 2019 dan berhasil menggalang dana Rp 54,66 miliar setelah melepas 10% saham baru kepada investor publik.

Hingga kuartal pertama tahun ini perusahaan membukukan pendapatan Rp 18,54 miliar serta laba bersih senilai Rp 6,23 miliar.

Saat ini saham perusahaan diperdagangkan di harga Rp 91/saham atau 32% lebih rendah dari harga IPO di Rp 133/saham. Sejak awal tahun saham ini telah melemah 5,21%.

5. Global Sukses Solusi (RUNS)

Berbeda dengan empat perusahaan sebelumnya, emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 170 miliar dan didirikan tahun 2014 ini adalah perusahaan teknologi dan tidak bergerak di sektor pariwisata.

Perusahaan menyediakan solusi perangkat lunak Enterprise Resource Planning (ERP), Custom Application Development (CAD) dan layanan profesional yang terintegrasi dari proses bisnis hulu ke hilir untuk segala bisnis dari skala menengah hingga besar.

RUNS melakukan penawaran perdana (IPO) pada 8 September 2021 dan berhasil menggalang dana Rp 49,99 miliar setelah melepas 20% saham baru kepada investor publik.

Saat ini saham perusahaan diperdagangkan di harga Rp 173/saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rencana Pengembangan Pasar Modal di Tengah Tsunami Inflasi


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading