
Ada BRPT di Top Gainers, NANO Betah di Top Losers

Saat IHSG menguat tipis-tipis, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten jasa layanan teknologi riset dan pengembangan, rekayasa material dan nanoteknologi yakni PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) kembali masuk ke jajaran top losers kemarin, di mana saham NANO menduduki posisi kedua di jajaran top losers.
Saham NANO ditutup ambruk hingga 9,52% ke posisi Rp 57/saham. Dengan ini, maka saham NANO kembali terkena batas auto rejection bawah (ARB) pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi saham NANO pada perdagangan kemarin mencapai Rp 6,05 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 103,98 juta lembar saham.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 27 Juni hingga kemarin, saham NANO tercatat 6 kali menghijau, 1 kali melemah, dan 1 kali stagnan.
Dalam sepekan terakhir, saham NANO terpantau stagnan, sedangkan dalam sebulan terakhir masih melesat 9,62%. Tetapi, dalam 3 bulan terakhir, NANO masih mencatatkan penurunan mencapai 55,47%.
Belum ada informasi signifikan mengenai penurunan saham NANO. Jika melihat kinerja laporan keuangannya, NANO berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 108,3 miliar pada kuartal I-2022. Naik 3,24% dari tahun sebelumnya yakni Rp 104,79 miliar.
Kabar terbaru, NANO sedang mengembangkan platform digital yang dinamai Nanotech Digital Platform. Platform tersebut dikembangkan bersama dengan PT Zamrud Khatulistiwa Technology. Lewat platform tersebut, para pemegang saham perseroan bisa ikut mengawasi aktivitas perseroan secara langsung.
Nano Group optimistis kinerjanya akan semakin meningkat tahun ini. Salah satunya ditopang oleh penjualan Schoters ke Ruangguru.
Schoters merupakan anak usaha afiliasi PT Nanotech Indonesia Global yang baru saja mengumumkan diakuisisi oleh Ruangguru. Pasca akuisisi, solusi Schoters akan tersedia di platform Ruangguru dan diakses oleh seluruh pengguna.
Pada 2021, NANO mampu mendongkrak pendapatan sebesar 67% yakni dari Rp 16,03 miliar menjadi Rp 26,77 miliar. Sementara itu, aset perseroan melonjak dari Rp 7,27 miliar menjadi Rp 41,75 miliar.
Selain itu, terdapat pula saham emiten properti asal Batam yakni PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR) yang juga masuk ke jajaran top losers kemarin.
Saham WINR ditutup ambles 6,9% ke posisi harga Rp 54/saham dan juga terkena batas ARB-nya pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi saham WINR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 81,8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,5 miliar lembar saham. Investor asing mengoleksinya sebesar Rp 123,38 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 28 Juni hingga kemarin, saham WINR tercatat hanya mencatatkan penguatan sekali saja, sedangkan sisanya terkoreksi.
Dalam sepekan terakhir, saham WINR terpantau ambruk 28%, sedangkan dalam sebulan terakhir juga ambruk hingga 44,33%.
Dengan ini, harga saham WINR saat ini sudah berada di bawah harga penawaran saham perdana (IPO) Rp100/saham. Sebagai informasi, WINR melakukan IPO pada 25 April 2022 dengan raihan dana Rp150 miliar.
Belum ada informasi signifikan mengenai penurunan saham WINR. Jika melihat laporan kinerja keuangan, perseroan berhasil membukukan pendapatan bersih senilai Rp 4,54 miliar per 31 Desember 2020. Maka dari itu, WINR pun terus berekspansi ke wilayah lain meliputi Jabodetabek, Palembang, dan Kalimantan.
Winner Nusantara Jaya memiliki kegiatan usaha utama sebagai Developer Real Estate yang dimiliki sendiri maupun disewa, real estate atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, aktivitas Perseroan holding, aktivitas kantor pusat, aktivitas konsultasi manajemen lainnya serta aktivitas keinsinyuran dan konsultasi teknis yang berkaitan dengan itu.
WINR berfokus pada pengembangan properti di Batam. Selain itu, hingga saat ini perusahaan juga memiliki proyek di daerah Jawa Barat tepatnya di Cibinong, Bogor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]