Dana Asing Terus Kabur & Rupiah Keok, Bakal Sampai Kapan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana asing terus mengalir deras kabur meninggalkan Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Meskipun penyebabnya bukan dari Indonesia, akan tetapi bisa berbahaya bagi perekonomian nasional ke depannya.
Lalu sampai kapan ini berakhir?
David Sumual, Kepala Ekonom PT Bank BCA Tbk mengungkapkan kaburnya dana asing disebabkan oleh semakin menariknya imbal hasil yang ditawarkan negara lain. Baik itu dalam mata uang maupun obligasi, salah satunya di Amerika Serikat (AS).
"Kita lihat spread suku bunga domestik tetap, sementara di luar naik tinggi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (7/7/2022)
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI, dalam sebulan terakhir, asing mencatatkan outflow di pasar SBN mencapai Rp 27,9 triliun. Sedangkan dari posisi akhir tahun lalu hingga 5 Juli, outflow di pasar SBN mencapai Rp 117,49 triliun.
Di lain sisi, proporsi kepemilikan asing di SBN memang sudah mengalami penurunan sejak 2020 lalu, di mana per akhir tahun 2020, asing masih memiliki SBN sekitar 25,16%.
Namun per 5 Juli lalu, asing hanya memiliki SBN sekitar belasan persen saja. Per 5 Juli lalu, kepemilikan asing di SBN mencapai 15,89%.
Menariknya AS bagi investor karena kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan secara agresif oleh bank sentral (the Fed). Kenaikan suku bunga masih akan terus dilakukan hingga tahun depan, demi meredam inflasi AS.
David memandang aliran modal bisa terus keluar apabila selisih suku bunga tidak dipersempit. "Bank sentral makin agresif. Kalau kita lihat asing di SBN maka outflow terus itu menandakan kekhawatiran itu naik," ujarnya.
Kaburnya dana asing akan menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah. Dampak berlanjut yang ditimbulkan adalah inflasi atas barang-barang impor. Diketahui komoditas energi dan pangan utama tanah air masih mengandalkan impor.
"Sekarang masih oke tapi ke depan harus hati-hati," kata David.
Enrico Tanuwidjaja, Head Economic and Research UOB Indonesia memandang masih ada penguatan dolar AS saat ini, karena kebijakan The Fed saat ini baru setengah jalan. Dolar AS masih akan berlanjut menguat hingga 3-4 bulan ke depan.
"Kemungkinan-kemungkinan rupiah melemah karena dolar yang menguat," jelas Enrico saat dihubungi CNBC Indonesia.
Bank Indonesia (BI) selaku penjaga moneter, dinilai telah memberikan respon yang sangat baik dalam menjaga volatilitas pergerakan rupiah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga tekanan dari faktor eksternal.
Sementara harga komoditas yang masih tinggi, namun perlahan mulai menunjukan pembalikan tren ke level yang lebih rendah dibandingkan 2-3 bulan sebelumnya. Sehingga harus melihat kecenderungan current account surplus yang mungkin bisa terjadi hingga Kuartal III-2022.
Oleh karena itu, dolar AS diperkirakan masih akan menguat dan rupiah masih akan dibayangi pelemahan. Hingga akhir tahun, level rupiah diperkirakan akan menyentuh level Rp 15.100/US$.
"Kita masih melihat mungkin tiga bulan penguatan dolar, pelemahan rupiah masih ada. Setelahnya baru stabil di Kuartal IV-2022, dengan catatan perbedaan imbal hasil masih positif untuk Indonesia," jelas Enrico.
"Salah satunya bisa dicapai dengan menaikan suku bunga acuan BI terhadap The Fed, sehingga perbedaan imbal hasil masih positif. Kalau level, kita prediksi di akhir tahun bertengger Rp 15.100/US$," tutupnya.
[Gambas:Video CNBC]
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS
(mij/mij)