Menteri Keuangan Inggris Resign! Kurs Poundsterling Jeblok
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada Selasa kemarin. Pengunduran diri Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak membuat pelaku pasar terkejut dan membawa poundsterling terpuruk.
Melansir data Refinitiv, poundsterling pada perdagangan Selasa merosot 1,22% ke US$ 1,1957 yang merupakan level terendah sejak Maret 2020. Sementara pada perdagangan hari ini (6/7/2022) pukul 11:10 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,1955, turun tipis dari penutupan kemarin.
Melawan rupiah, poundsterling jeblok 1,1% kemarin, dan pagi ini niak 0,2% ke Rp 17.960/GBP. Posisinya masih belum jauh dari level terlemah dalam 2 tahun terakhir.
Sunak kemarin mengumumkan pengunduran diri akibat kecewa dengan kepemimpinan Perdana Menteri Borish Johnson. Sunak mengatakan pemerintahan harus dijalankan dengan "benar, kompeten dan serius".
"Saya sedih meninggalkan pemerintahan, tetapi saya sudah sampai pada kesimpulan kita tidak bisa terus seperti ini," tulis Sunak dalam surat pengunduran dirisnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Setelah Sunak, Menteri Kesehatan Sajid Javid juga resign.
"Dengan sangat menyesal saya harus memberi tahu Anda bahwa saya tidak bisa lagi, dengan hati nurani yang baik, terus melayani di pemerintahan ini," kata Javid dalam surat pengunduran dirinya.
Berbagai skandal yang menerpa pemerintahan PM Johnson membuat keduanya mengundurkan diri.
Yang terbaru, Johnson menunjukkan seorang anggota parlemen bernama Christopher Pincher untuk menduduki jabatan penting di pemerintahnnya. Padahal Pincher tengah terbelit kasus pelecehan seksual.
Tidak hanya Sunak dan Javid, Alex Chalk yang menduduki posisi Jaksa Agung juga mundur dari pemerintahannya. Ia pun menyebut bahwa kemampuan pemerintah Inggris telah rusak.
"Kemampuan Nomor 10 (merujuk ke alamat kantor dan tempat tinggal PM Downing Street no 10) untuk menegakkan standar keterbukaan yang diharapkan dari pemerintah Inggris telah rusak," tulisnya di surat pengunduran diri yang dibagikan di Twitter dikutip CNBC International.
Gejolak politik yang terjadi membuat poundsterling yang sebelumnya tertekan akibat ancaman resesi semakin terpukul. Inflasi yang tinggi di Inggris membuat bank sentralnya (Bank of England/BoE) sudah 5 kali menaikkan suku bunga hingga Juni lalu. Suku bunga BoE saat ini 1,25% menjadi yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Suku bunga yang tinggi tersebut diperkirakan akan membawa Inggris ke jurang resesi.
"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).
Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)