Ramalan Sri Mulyani Terbukti, Dolar AS Nyaris Rp15.000
Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengenai nasib nilai tukar rupiah menjadi kenyataan. Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat menuju Rp 15.000.
"Kan saya sampaikan dalam pembahasan anggaran dengan DPR kemarin beberapa indikator ekonomi terutama dari sisi keuangan nilai tukar, interest rate dan inflasi dalam situasi dunia seperti sekarang memang masih akan sangat dinamis," kata Sri Mulyani di Gedung DPR/MPR, Jakarta, dikutip Rabu (6/7/2022)
Dalam pembahasan dengan Badan Anggaran DPR RI beberapa waktu lalu, Sri Mulyani memperkirakan dolar AS di paruh kedua 2022 ini berada pada rentang Rp 14.180-14.925.
Rupiah sudah mencapai level terlemah sejak Mei 2020. Di penutupan perdagangan kemarin, rupiah berada di Rp 14.985/US$, melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Indonesia menjadi negara yang paling banyak ditinggal investor asing di pasar obligasi. Total dana asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia menembus US$ 3,1 miliar pada kuartal lalu.
Investor asing meninggalkan Indonesia bukan karena faktor fundamental domestik tetapi lebih karena kekhawatiran resesi.
Data Bank Indonesia menunjukkan hingga semester satu tahun ini, terjadi outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 111,12 triliun sementara di pasar saham masih terjadi inflow Rp 61,82 triliun.
Hal ini disebabkan oleh tekanan inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) juga mendorong kenaikan suku bunga acuan lebih tinggi. Secara historis tekanan inflasi tinggi di AS direspon dengan kenaikan suku bunga acuan yang tinggi juga di Indonesia.
Bahkan kemungkinan, kata Sri Mulyani akan diikuti dengan kontraksi balance sheet The Fed yang akan menyebabkan pengetatan likuiditas lebih dalam lagi.
"Ini bisa berpotensi menimbulkan gejolak dan volatilitas karena peranan dollar Amerika Serikat di dalam transaksi dunia lebih dari 60% dan ini memberikan dampak signifikan ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
(mij/mij)