Ini Saham Tercuan & Terbuntung Saat IHSG Rebound
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (5/7/2022) kemarin, setelah selama enam hari beruntun IHSG mencatatkan koreksi.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 0,97% ke posisi 6.703,266. IHSG akhirnya kembali ke level psikologis 6.700 setelah sempat mencicipi zona psikologisnya di 6.500 pada Senin lalu.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka di 6.656,85 dan indeks berhasil finish di zona hijau dengan penguatan signifikan 1,53% di sesi I kemarin. IHSG sempat melanjutkan penguatan di sesi II hingga menyentuh posisi tertingginya di 6.767,83 di sesi II. Namun setelah itu apresiasi IHSG cenderung terpangkas.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 11 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 385 saham menguat, 163 saham melemah, dan 139 saham stagnan.
Investor asing terus melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 575,51 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 455,38 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 120,14 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Di tengah berbalik arahnya IHSG pada perdagangan kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.
Saham emiten pengelola jalan tol dan pelabuan yakni PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) memimpin jajaran top gainers, di mana harga sahamnya meroket 34,51% ke posisi Rp 152/saham.
Nilai transaksi saham META pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 59,79 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 405,92 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham META sebesar Rp 106,53 juta di pasar reguler.
Meroketnya harga saham yang terafiliasi dengan Group Salim tersebut terjadi karena aksi korporasi yang dilakukan perseroan berupa akuisisi 40% saham konsesi tol Jalan Layang Jakarta-Cikampek atau Jalan Layang Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ), dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).
Berdasarkan informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia, Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) menandatangani sale purchase agreement (SPA) atas pembelian 40% konsesi Tol MBZ dengan nilai transaksi mencapai US$ 269,6 juta atau setara Rp 4,03 triliun. SPA telah ditandatangani pada 30 Juni 2022 lalu.
Manuver ke bisnis jalan tol bukan pertama kalinya yang Salim cs lakukan. Salim mencoba melebarkan sayap ke jalan tol di Indonesia sejak 2017. Pada 3 November 2017, MPTC melalui Metro Pacific Tollways Indonesia, membeli saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META).
Rinciannya, MPTC mengakuisisi sebanyak 42,25% saham META setara dengan 6,6 miliar saham META. Sementara nilai transaksi Rp 1,81 triliun atau PHP 6,9 miliar. Harga beli per saham Rp 274.
Transaksi ini meningkatkan kepemilikan MPTI di META dari semula hanya 4,83% menjadi 47,08%. Saat ini, Metro Pacific memiliki 13,22 miliar saham atau setara 74,65% saham META.
Adapun saat ini, META telah memiliki 3 ruas jalan tol yakni Ruas Pondok Aren-Serpong, Ruas Tallo-Bandara Hasanuddin, dan Ruas Pelabuhan Soekarno Hatta-Pettarani.
Pendapatan dari pos jalan tol ini pun per kuartal I-2022 tercatat sebesar Rp 90,84 miliar. Jumlah tersebut pun naik dari perolehan tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp 87,5 miliar.
Selain saham META, terdapat pula saham emiten perikanan yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA), yang harga sahamnya melonjak 18,34%.
Nilai transaksi saham ASHA pada perdagangan kemarin mencapai Rp 93,96 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 499,23 juta lembar saham. Tetapi, asing melepas saham ASHA sebesar Rp 118,57 juta di pasar reguler.
Saham ASHA bertengger di jajaran top gainers selama dua hari beruntun. Dari perdagangan 27 Juni hingga kemarin, saham ASHA mencetak tiga kali penguatan dan empat kali pelemahan.
Dalam sepekan terakhir, saham ASHA tercatat melonjak 24,22%. Tetapi dalam sebulan terakhir, saham ASHA anjlok 39,39%.
ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.
(chd)