Setelah 6 Hari Longsor, Akhirnya IHSG Bangkit Hari Ini

Putra, CNBC Indonesia
05 July 2022 15:26
Karyawan melintas di depam layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil menguat setelah terkoreksi 6 hari beruntun.

Pada perdagangan Selasa (5/7/2022), IHSG ditutup menguat 0,97% di 6.703,27. IHSG akhirnya kembali ke level psikologis 6.700 setelah sempat mencicipi level 6.500 kemarin.

Saat awal perdagangan, IHSG dibuka di 6.656,85 dan indeks berhasil finish di zona hijau dengan penguatan signifikan 1,53% di sesi I. IHSG sempat melanjutkan penguatan di sesi II hingga menyentuh posisi tertingginya di 6.767,83 di sesi II. Namun setelah itu apresiasi IHSG terpangkas.

Penguatan IHSG yang terjadi hari ini merupakan rebound setelah mengalami tekanan dan pelemahan beruntun sepanjang pekan lalu.

IHSG masih berada dalam teritori koreksi jika dilihat dalam jangka waktu mingguan, bulanan hingga 3 bulan terakhir.

Adanya outflows dan pelemahan nilai tukar rupiah menjadi sentimen negatif untuk pasar saham. Rupiah terus bergerak mendekati Rp 15.000/US$. Kemarin (4/7/2022), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,2% ke Rp 14.965/US$ yang menjadi titik terendah hampir dalam dua tahun terakhir.

Stabilitas nilai tukar memang menjadi faktor penting dalam berinvestasi bagi pemodal asing terutama di aset-aset keuangan seperti obligasi dan saham suatu negara berkembang.

Nilai tukar yang terus melemah akan cenderung menggerus imbal hasil dari suatu aset investasi sehingga membuat investor asing cenderung menarik diri dari aset-aset keuangan suatu negara.

Di tengah tingginya inflasi dan risiko global akan ancaman stagflasi, dolar AS sebagai aset safe haven memang menjadi primadona.

Keperkasaan greenback membuat aliran dana dari investor asing 'balik kampung'. Aksi jual di pasar keuangan selain menekan harga aset juga turut melemahkan nilai tukar.

Kondisi inilah yang sedang terjadi di Indonesia. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi dan harga Surat Berharga Negara (SBN) yang ambles pada akhirnya turut berdampak ke pasar saham.

Return IHSG di semester I yang mencapai 5% harus tergerus dan kini tersisa 0,88%. Jika hingga akhir Juni 2022, IHSG masih berada di peringkat 5 dunia, kemarin ranking IHSG turun 1 posisi menjadi peringkat 6.

Sebenarnya dari segi ranking, IHSG masih terbilang not bad karena mayoritas indeks saham acuan bursa global juga terbenam di zona merah.

Ke depan risiko pelemahan nilai tukar rupiah masih membayangi pasar saham Tanah Air. Dengan tren yang terjadi sepanjang tahun ini, bukan tidak mungkin rupiah tembus Rp 15.000/US$ dan berpotensi memantik gejolak di pasar saham.

Dalam hal ini investor masih perlu mewaspadai risiko tersebut dan penurunan IHSG masih terbuka dengan tingkat volatilitas yang tinggi.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular