Duit Berhamburan Keluar dari Indonesia, Berapa Jumlahnya?

Maesaroh, CNBC Indonesia
05 July 2022 14:45
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Sementara itu, outflow dari India terjadi karena lonjakan impor akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Impor tidak hanya melambungkan inflasi tapi juga memperlebar defisit transaksi berjalan.

Impor minyak mentah India pada Mei tahun ini menembus US$ 18,14 miliar, meloncat 93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor minyak mentah yang sangat besar diperkirakan akan memperlebar defisit transaksi berjalan menjadi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun fiskal 2022/2023.

Bank sentral India (RBI) memperkirakan outflow di pasar keuangan India bisa menembus US$ 100,6 miliar per tahun atau 3,2% dari PDB.

"Dua kesialan kini menimpa pasar Asia yakni pengetatan likuiditas di negara maju serta lonjakan harga minyak. Faktor ini akan membebani mata uang negara Asia dan mengurangi arus modal masuk ke pasar Asia," tutur Manishi Raychaudhuri, kepala riset ekuitas untuk Asia Pasifik di BNP Paribas dii Hong Kong.

Berbeda dengan pasar saham, inflow masih terjadi di pasar obligasi sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan dan Thailand. Indonesia menjadi negara yang paling banyak ditinggal investor asing di pasar obligasi. Total dana asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia menembus US$ 3,1 miliar pada kuartal lalu.

Investor asing meninggalkan Indonesia bukan karena faktor fundamental domestik tetapi lebih karena kekhawatiran resesi.

Data Bank Indonesia menunjukkan hingga semester satu tahun ini, terjadi outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 111,12 triliun sementara di pasar saham masih terjadi inflow Rp 61,82 triliun.


Outflow dari pasar keuangan Asia diperkirakan masih akan berlanjut, terutama karena kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang agresif. Kenaikan tersebut membuat dollar AS dan yield surat utang pemerintah AS menguat.

"Tidak ada yang salah dengan negara-negara tersebut. Capital outflow terjadi karena kebijakan The fed dan bank sentral di sejumlah negara," tutur Mark Matthews, kepala riset Asia-Pasifik dari Bank Julius Baer.

Duncan Tan, dari DBS Group Holdings, juga memperkirakan outflow dari pasar obligasi diperkirakan masih akan terjadi pada semester kedua tahun ini. Pasalnya, obligasi perusahaan negara berkembang berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik karena selisih keuntungan mengecil dibandingkan dengan surat utang pemerintah AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular