Pasca Koreksi 6 Hari Beruntun, IHSG Sesi I Berakhir Hijau!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
05 July 2022 12:06
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (5/7/2022) pasca mengalami koreksi 6 hari beruntun di tengah kekhawatiran kondisi ekonomi global.

IHSG dibuka menguat 0,27% di posisi 6.656,85 dan berakhir di zona hijau dengan apresiasi 1,53% atau 101,39 poin ke 6.740,56 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 5,9 triliun dengan melibatkan lebih dari 11 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 30 menit perdagangan, IHSG melanjutkan penguatan dengan apresiasi 1,42% ke 6.733,51 dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan.

Level terendah berada di 6.650,4 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level tertinggi berada di 6.750,45 menjelang penutupan perdagangan. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 382 unit, sedangkan 154 unit lainnya melemah dan 140 sisanya stagnan.

Penguatan IHSG siang ini belum mampu mengantarkan indeks saham acuan nasional kembali ke level psikologis 7.000.IHSG masih berada dalam teritori koreksi jika dilihat dalam jangka waktu mingguan, bulanan hingga 3 bulan terakhir.

Kondisi saat ini memang penuh ketidakpastian. Sentimen negatif untuk aset berisiko datang bertubi-tubi. Kekhawatiran kondisi ekonomi global terkait risiko stagflasi yang muncul dari tingginya inflasi, pengetatan moneter, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan proteksionisme berbagai negara masih membuat investor ketar-ketir.

Kondisi inilah yang menyebabkan banyak investor yang berpikir dua kali untuk tetap berada di pasar saham. Beberapa sudah mulai mengurangi porsi investasinya di aset beresiko seperti saham sehingga membuat harganya jatuh.

Outflows dan pelemahan nilai tukar rupiah menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. Rupiah terus bergerak mendekati Rp 15.000/US$. Kemarin (4/7/2022), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,2% ke Rp 14.965/US$ yang menjadi titik terendah hampir dalam dua tahun terakhir.

Stabilitas nilai tukar memang menjadi faktor penting dalam berinvestasi bagi pemodal asing terutama di aset-aset keuangan seperti obligasi dan saham negara berkembang.

Nilai tukar yang terus melemah akan cenderung menggerus imbal hasil dari suatu aset investasi sehingga membuat investor asing cenderung menarik diri dari aset-aset keuangan suatu negara.

Di tengah tingginya inflasi dan risiko global akan ancaman stagflasi, dolar AS sebagai aset safe haven memang masih menjadi primadona sehingga perkasanya greenback memicu aliran dana dari investor asing meninggalkan Tanah Air.

Aksi jual di pasar keuangan akan menekan harga aset serta turut melemahkan nilai tukar. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi dan harga Surat Berharga Negara (SBN) yang ambles pada akhirnya turut berdampak ke pasar saham.

Risiko pelemahan nilai tukar rupiah masih membayangi pasar saham Tanah Air. Dengan tren yang terjadi sepanjang tahun ini, bukan tidak mungkin rupiah tembus Rp 15.000/US$ dan berpotensi memantik gejolak di pasar saham.

Oleh sebab itu, investor masih perlu mewaspadai risiko tersebut dan penurunan IHSG masih terbuka dengan tingkat volatilitas yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular