Penting, Ini yang Akan Terjadi Jika Rupiah Tembus Rp 15.000

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
05 July 2022 09:20
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan dan nyaris menyentuh angka Rp 15.000 per dolar AS. Tidak menutup kemungkinan, level tersebut akan ditembus pada perdagangan Selasa (5/7/2022).

Melansir data Refinitiv, rupiah Senin kemarin melemah 0,2% ke Rp 14.965/US$, dan kini berjarak 0,23% saja dari level psikologis.

Capital outflow yang terjadi di pasar saham membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok dan turut menyeret rupiah. Investor asing melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 572 miliar di pasar reguler, tunai dan nego. Dengan demikian, sejak pekan lalu total net sell nyaris 4,5 triliun.

Net sell tersebut mengurangi inflow di pasar saham sepanjang tahun ini menjadi Rp 61 triliun. Inflow tersebut memang masih besar, tetapi tentunya berisiko semakin tergerus jika isu resesi dunia terus menggentayangi, apalagi ditambah dengan pelambatan ekonomi di dalam negeri.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pelemahan mata uang Garuda mungkin tidak akan langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi faktor-faktor yang mendorong pelemahan itu bisa berdampak, seperti aliran modal terhenti atau bahkan sebagian keluar, terjadi pengetatan likuiditas di pasar global.

"Kondisi ini akan mengundang respons kenaikan suku bunga juga di dalam negeri, likuiditas di domestik juga akan ketat, suku bunga kredit naik, investasi dan konsumsi tertahan. Artinya, pertumbuhan ekonomi juga akan tertahan," kata Piter, dikutip Selasa (5/7/2022).

Namun, dia menyampaikan perekonomian Indonesia juga sedang beranjak pulih di tengah meredanya pandemi, sehingga akan ada tarik menarik.

"Ada yang mendorong kenaikan pertumbuhan, ada yang menahan. Tapi kenaikan suku bunga itu sifatnya menahan pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi Pesta, IHSG & Rupiah Jatuh Saat Peringatan Indonesia Darurat

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular