Ini Penyebab IHSG Jatuh 6 Hari Beruntun

Putra, CNBC Indonesia
05 July 2022 07:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliran modal asing yang keluar dari pasar saham dan tren pelemahan nilai tukar rupiah menjadi pemicu utama anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (4/7/2022).

Investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp 572 miliar di pasar reguler dan IHSG pun ditutup melemah ke 6.639,17.

IHSG bahkan sempat anjlok ke 6.559,64 yang menjadi titik terendahnya sejak 13 Mei 2022. Selain outflows, tren pelemahan rupiah juga menjadi sentimen negatif untuk pasar saham.

Rupiah terus bergerak mendekati Rp 15.000/US$. Kemarin (4/7/2022), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,2% ke Rp 14.965/US$ yang menjadi titik terendah hampir dalam dua tahun terakhir.

Stabilitas nilai tukar memang menjadi faktor penting dalam berinvestasi bagi pemodal asing terutama di aset-aset keuangan seperti obligasi dan saham suatu negara berkembang.

Nilai tukar yang terus melemah akan cenderung menggerus imbal hasil dari suatu aset investasi sehingga membuat investor asing cenderung menarik diri dari aset-aset keuangan suatu negara. Di tengah tingginya inflasi dan risiko global akan ancaman stagflasi, dolar AS sebagai aset safe haven memang menjadi primadona.

Keperkasaan greenback membuat aliran dana dari investor asing 'balik kampung'. Aksi jual di pasar keuangan selain menekan harga aset juga turut melemahkan nilai tukar.

Kondisi inilah yang sedang terjadi di Indonesia. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi dan harga Surat Berharga Negara (SBN) yang ambles pada akhirnya turut berdampak ke pasar saham.

Return IHSG di semester I yang mencapai 5% harus tergerus dan kini tersisa 0,88%. Jika hingga akhir Juni 2022, IHSG masih berada di peringkat 5 dunia, kemarin ranking IHSG turun 1 posisi menjadi peringkat 6.

Sebenarnya dari segi ranking, IHSG masih terbilang cukup baik karena mayoritas indeks saham acuan bursa global juga terbenam di zona merah.

Ke depan risiko pelemahan nilai tukar rupiah masih membayangi pasar saham Tanah Air. Dengan tren yang terjadi sepanjang tahun ini, bukan tidak mungkin rupiah tembus Rp 15.000/US$ dan berpotensi memantik gejolak di pasar saham.

Dalam hal ini investor masih perlu mewaspadai risiko tersebut dan penurunan IHSG masih terbuka dengan tingkat volatilitas yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular