Dolar AS Kian Ganas, Rupiah Kian Tertindas

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
04 July 2022 13:29
Dolar-Rupiah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) tapi kemudian berbalik arah hingga di pertengahan perdagangan Senin (4/7/2022). Mata Uang Garuda kini melanjutkan koreksinya selama 4 pekan beruntun.

Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan sempat menguat 0,14% ke Rp 14.915/US$. Sayangnya, rupiah kembali berbalik arah dan terkoreksi 0,15% ke Rp 14.957/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Meningkatnya kekhawatiran global terkait resesi telah mendorong permintaan akan mata uang safe haven seperti dolar AS.

"Ketika investor cemas mereka akan membeli dolar AS," tutur Senior Analis FXStreet.com New York Joseph Trevisani dikutip dari Reuters.

Sang greenback sedang terombang-ambing antara kekhawatiran bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) akan terus menaikkan suku bunga secara agresif untuk meredam inflasi dan kemungkinan akan merugikan perekonomian.

Selain itu, Ahli Strategi FX Societe Generale London Kenneth Broux juga mengatakan bahwa situasi saat ini merupakan awal yang berisiko untuk memulai paruh kedua tahun ini, di mana ekuitas dan harga komoditas turun, sehingga dolar cukup kuat secara keseluruhan.

Meski begitu, pukul 11:00 WIB, indeks dolar yang mengukur kinerja greenback terhadap 6 mata uang dunia lainnya terpantau melemah tipis 0,02% ke posisi 105,113. Namun, indeks dolar AS kian mendekati rekor tertingginya selama dua dekade pada pertengahan Juni lalu di 105,79.

Satu dekade lalu, Indonesia mendapat label sebagai salah satu dari Fragile Five, yang merupakan negara dengan ekonomi yang sangat rentan terhadap arus keluar modal dan kemerosotan mata uang setiap kali suku bunga global naik.

Namun, terlepas dari beberapa risiko politik, Indonesia tampaknya mampu melewati kondisi ekonomi lebih baik dari negara lain yang tergabung dalam Fragile Five yaitu India, Turki, Afrika Selatan dan Brasil.

Analis menilai bahwa rekor ekspor yang tinggi di tengah ledakan komoditas global telah membantu Indonesia menopang ketahanan ekonominya.

"Indonesia diuntungkan sebagai pengekspor komoditas bersih ... Indonesia berada di tempat yang sangat baik untuk mengendalikan beberapa tekanan inflasi sisi penawaran yang dihadapi oleh beberapa ekonomi lain," kata Analis S&P Ivan Tan.

Ini tidak hanya membantu negara kaya sumber daya mencatat surplus transaksi berjalan, tetapi juga membantu pemerintah mengurangi target penjualan obligasi dan mendanai subsidi energi untuk melindungi 270 juta penduduknya dari harga minyak global yang tinggi.

Hal tersebut kontras dengan tahun 2013 ketika the Fed hanya menyebutkan rencana untuk mengurangi stimulus, telah memicu arus keluar modal hingga membuat rupiah anjlok 20% dan memaksa Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin.

Saat ini, inflasi Indonesia telah mencapai level tertinggi dalam lima tahun, tapi BI belum mau buru-buru untuk menaikkan suku bunga karena inflasi inti dinilai masih cukup rendah.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

Sementara itu, inflasi inti mencapai 2,63% dan harga yang diatur pemerintah 5,33% serta yang bergejolak 10,3%.

"Suku bunga kami pertahankan sampai ada kenaikan-kenaikan inflasi yang fundamental terutama inflasi inti," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat Banggar, Jumat (1/7/2022).

Namun, terkoreksinya rupiah hari ini telah teridentifikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Rupiah bergerak melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Jumat lalu (1/7).

Periode

Kurs Jumat (1/7) pukul 15:13 WIB

Kurs Senin (4/7) pukul 11:05 WIB

1 Pekan

Rp14.937,3

Rp14.957,5

1 Bulan

Rp14.959,9

Rp14.973,9

2 Bulan

Rp14.975,5

Rp14.988,9

3 Bulan

Rp15.007,5

Rp15.011,2

6 Bulan

Rp15.058,1

Rp15.066,9

9 Bulan

Rp15.116,1

Rp15.139,1

1 Tahun

Rp15.200,6

Rp15.217,6

2 Tahun

Rp15.612,2

Rp15.642,9

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Tertekan, Dolar AS Nanjak Terus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular