
Deretan Saham Paling Cuan & Boncos di Awal Semester II-2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (1/7/2022) akhir pekan lalu, di mana IHSG pada pekan lalu mencetak koreksi selama lima hari beruntun.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup ambles 1,7% di 6.794,328.
Artinya sepanjang pekan lalu atau selama perdagangan periode 27 Juni-1 Juli 2022, IHSG terpantau ambruk 3,53% secara point-to-point (ptp). Dalam periode harian pada pekan lalu, IHSG mencetak koreksi selama lima hari beruntun.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 63,33 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 83,91 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat net buy sebesar Rp 20,58 miliar.
BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian IHSG mencapai sekitaran Rp 11 triliun pada akhir pekan lalu, dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali.
Di tengah lesunya IHSG pada akhir pekan lalu, bahkan sepanjang pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Saham emiten jasa pengiriman barang yakni PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) menjadi saham yang berada di posisi pertama top gainers pada Jumat akhir pekan lalu. Saham KJEN ditutup meroket 34,74% ke posisi harga Rp 256/saham.
Nilai transaksi saham KJEN pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 749,36 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 3,03 juta lembar saham. Investor asing melepas saham KJEN sebesar Rp 3,21 juta di pasar reguler.
Belum ada informasi signifikan mengenai kenaikan saham KJEN. Menurut data perdagangan, sepanjang pekan lalu, saham KJEN berhasil mencatatkan kenaikan yang cukup pesat, yakni hingga mencapai 137,04%.
Sebelum melejit cukup signifikan hanya dalam sepekan saja, saham KJEN sempat disuspensi oleh BEI pada 10 Mei lalu. BEI melakukan suspensi saham KJEN saat itu karena harga sahamnya mengalami penurunan harga kumulatif yang signifikan.
Maka itu, dalam rangka cooling down BEI memandang perlu melakukan penghentian sementara saham KJEN mulai sesi I perdagangan 11 Mei lalu.
Namun sekitar 17 hari setelah disuspensi, BEI akhirnya membuka suspensi saham KJEN pada 27 Mei lalu. Tetapi, saham KJEN dapat kembali diperdagangkan pada 30 Mei atau tiga hari setelah dirilisnya pengumuman pembukaan suspensi saham KJEN.
Dari kinerja keuangannya pada kuartal I-2022, KJEN justru mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 293,06 juta, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2021 masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 17,84 juta.
Hal ini dikarenakan adanya penurunan pendapatan bersih perseroan pada kuartal I-2022, yakni turun menjadi Rp 2,23 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 2,92 miliar.
Namun, beban usaha KJEN tercatat turun menjadi Rp 1,38 miliar pada kuartal I-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 1,69 miliar di kuartal I-2021.
Selain saham KJEN, terdapat pula saham emiten jasa layanan teknologi riset dan pengembangan, rekayasa material dan nanoteknologi yakni PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO), di mana harga sahamnya melesat 8,77% ke posisi Rp 62/saham.
Nilai transaksi saham NANO pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 24,22 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 410,12 juta lembar saham.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 20 Juni hingga Jumat lalu, saham NANO tercatat 5 kali menghijau, 1 kali merah dan 4 kali stagnan. Selama sepekan terakhir, saham NANO berhasil mencatatkan kenaikan mencapai 24%.
Kenaikan saham perseroan dipicu rencana sinergi perseroan dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dan Banten guna mewujudkan Tangsel sebagai smart city. NANO menyiapkan sejumlah teknologi dan digital platform bagi masyarakat Tangsel.
Smart home tersebut di antaranya adalah teknologi pintu otomatis, surya panel, CCTV, dan USB. Selain itu, menggunakan smart material yang antara lain memanfaatkan cat anti nyamuk serta paving block berpori.
Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Saham emiten industri gas yang terafiliasi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno yakni PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers pada perdagangan akhir pekan lalu.
Saham AGII ditutup ambles 6,98% ke posisi harga Rp 2.000/saham. Dengan ini, maka saham AGII otomatis terkena batas auto rejection bawah (ARB) pada perdagangan akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham AGII pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 14,65 miliar dengan volume perdagangan mencapai 7,1 juta lembar saham. Investor asing melepas saham AGII sebesar Rp 1,97 juta di pasar reguler.
Belum ada informasi signifikan mengenai penurunan saham AGII. Menurut data perdagangan, sepanjang pekan lalu, saham AGII masih mencatatkan kenaikan sebesar 2,56%.
Selain saham AGII, terdapat pula saham emiten konsumer yakni PT Mayora Indah Tbk (MYOR), yang harganya ditutup ambrol 6,94% ke posisi Rp 1.945/saham dan juga menyentuh batas ARB-nya pada perdagangan akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham MYOR pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 24,43 miliar dengan volume perdagangan mencapai 12,31 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham MYOR sebesar Rp 745,37 juta di pasar reguler.
Dalam sepekan terakhir, saham MYOR tercatat ambles 4,19%, sedangkan selama sebulan terakhir, saham MYOR masih mencatatkan penguatan sebesar 14,08%. Adapun sepanjang tahun ini, saham MYOR terkoreksi hingga 4,66%.
Dari kinerja keuangannya pada tahun 2021, MYOR mencatatkan penjualan sebesar Rp 27,90 triliun atau naik 14,01% dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Rp 24,47 triliun.
Penjualan lokal berkontribusi menyumbang pendapatan sebesar Rp 16,05 triliun sedangkan ekspor menyumbang Rp 11,88 triliun.
Mayora juga menyampaikan target yang ingin diperoleh pada 2022, yaitu dapat mencapai pertumbuhan penjualan hingga 10% atau menjadi Rp 30,7 triliun dengan target laba bersih Rp 1,3 triliun.
Mayora memahami kondisi bisnis ke depannya masih dihadapkan pada banyak tantangan, misalnya kondisi pandemi yang belum sepenuhnya hilang, ketidakstabilan politik di luar negeri dan ketidakstabilan harga bahan baku serta hal lain yang mungkin dapat mempengaruhi biaya.
Namun Mayora berkeyakinan bahwa prospek usaha masih sangat bagus dan kondisi kesehatan keuangan selalu mendapat prioritas.
Sebelumnya, Mayora bakal membagikan dividen sebesar Rp 21 per saham sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (28/6/2022). Nilai deviden tersebut setara dengan Rp 469 miliar.
"Kami ada agenda lain yaitu memberikan dividen sebesar Rp 21 per lembar sebesar kurang lebih Rp 469 miliar yang akan mulai dibagikan pada 27 Juli 2022," jelas Direksi Perseroan dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (29/6/2022) lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah