Breaking News

Susul Bursa Eropa, Bursa Asia Lesu Darah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
29 June 2022 16:49
An electronic board shows Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Wednesday, Jan. 16, 2019. Asian markets are mixed as poor Japanese data and worries about global growth put a damper on trading. (AP Photo/Vincent Yu)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (29/6/2022). Sentimen global masih menjadi pemicu utama dan investor masih mengamati perkembangan ekonomi.

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup amblas 1,88% ke posisi harga 21.996,89.

Beberapa saham teknologi China yang terdaftar di bursa Hong Kong menjadi pemberatnya, seperti saham Alibaba yang ambruk 3,05% dan saham Meituan yang ambles 2,31%.

Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambrol 1,82% ke 2.377,99, Shanghai Composite China ambruk 1,4% ke 3.361,52, ASX 200 Australia tergelincir 0,94% ke 6.700,2, Nikkei Jepang merosot 0,91% ke 26.804,6, Straits Times Singapura turun 0,17% ke 3.134,87, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,77% ke 6.942,35.

Investor di kawasan Asia-Pasifik cenderung merespons negatif dari rilis survei kepuasan konsumen di Jepang dan Korea Selatan pada bulan ini. Di Jepang, indeks keyakinan konsumen (IKK) turun menjadi 32,1 pada periode Juni 2022, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 34,1.

Tak hanya di Jepang saja, konsumen juga cenderung pesimis, di mana IKK Negeri Ginseng turun 96,4 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 102,6.

Indeks ini menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Bila di bawah 100, maka tandanya konsumen sedang tidak percaya diri melihat kondisi perekonomian saat ini hingga beberapa bulan mendatang.

Meski begitu, tetapi ada sedikit kabar baik dari Jepang dan China. Dari Jepang, data penjualan ritel naik 3,6% pada Mei lalu, di mana penjualan ritel Negeri Sakura sudah mengalami kenaikan dalam tiga bulan beruntun.

Sedangkan dari China, pada Selasa kemarin, pemerintah setempat akhirnya melonggarkan karantina bagi para pelancong internasional.

Para pelancong internasional yang berkunjung ke China hanya diwajibkan karantina di fasilitas darurat penanganan Covid-19 selama tujuh hari, kemudian tiga hari berikutnya boleh dihabiskan di tempat tinggal mereka masing-masing.

Hal tersebut menjadi sinyal kepada pasar bahwa Beijing telah melonggarkan sikap ketatnya dalam memberantas Covid-19.

Sebelumnya pada akhir pekan lalu, pemerintah Beijing mengatakan akan mengizinkan sekolah dasar dan menengah untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Begitu juga dengan Shanghai yang telah menyatakan kemenangan atas virus corona (Covid-19) setelah melaporkan kasus lokal nol untuk pertama kalinya.

Pada Sabtu lalu, jumlah kasus Covid-19 di Negeri Tirai Bambu cenderung sudah lebih rendah dalam beberapa hari terakhir. Komisi pendidikan ibu kota menyatakan semua sekolah dasar dan menengah di ibu kota dapat kembali melakukan tatap muka mulai Senin kemarin.

Shanghai akan secara bertahap melonggarkan untuk makan di restoran mulai hari ini di daerah berisiko rendah dan daerah tanpa penyebaran Covid-19. Shanghai juga melaporkan tidak ada kasus lokal baru yang bergejala maupun tidak bergejala.

Meski sentimen pasar di Asia-Pasifik cenderung beragam, tetapi mereka tetap masih khawatir dengan perkembangan ekonomi global, di mana mereka juga khawatir bahwa ekonomi global berpotensi melambat kembali.

Hal ini dapat dilihat dari IKK Amerika Serikat (AS) versi Conference Board (CB) yang hasilnya cenderung mengecewakan. IKK AS versi CB jatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2.

Saat tingkat keyakinan konsumen merosot, ekspektasi inflasi justru meroket. Conference Board menunjukkan ekspektasi inflasi dalam 12 bulan ke depan mencapai 8%, tertinggi sejak data mulai dikumpulkan pada Agustus 1987.

Tingginya ekspektasi inflasi tersebut membuat pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bisa semakin agresif dalam menaikkan suku bunga. Dolar AS pun perkasa.

Alhasil, bursa saham AS sepertinya akan kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini, di mana kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS diperdagangkan lebih rendah pada hari ini, setelah upaya reli untuk aset berisiko gagal kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular