
Jadi Polemik di RI, Negara Ini Punya Emiten Produsen Ganja

Aturan legislasi terkait ganja memang membuat pusing para pengambil kebijakan. Sebagian besar dari pengambil keputusan mengetahui terkait kegunaan ganja sebagai obat-obatan serta potensi dampak ekonominya. Akan tetapi ketakutan akan penyalahgunaan secara masif yang berpotensi menjadi masalah besar, masih menjadi batu sandungan utama, di luar lanskap politik konservatif yang juga tantangan lain.
Ketakutan ini salah satunya disebabkan oleh krisis opioid yang melanda Amerika Serikat pasca melegalkan penggunaan opium untuk keperluan medis, dan oleh sejumlah perusahaan disalahgunakan dan membuat kecanduan banyak warga AS. Selain itu obat-obatan yang mengandung opioid seperti Oxyconton menjadi pintu gerbang untuk menggunakan narkotika jenis lain, yang jauh lebih murah dan juga mematikan.
Pergerakan legalisasi ganja sendiri salah satunya karena overdosis fatal sangat tidak mungkin untuk terjadi, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).Akan tetapi ganja tetap adiktif dan memiliki efek berbahaya lainnya, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi.
Selain memberikan keuntungan medis dan telah diresepkan oleh dokter untuk membantu berbagai kondisi medis, termasuk nyeri kronis, glaukoma, dan nafsu makan yang buruk, ganja juga memiliki potensi ekonomi. Setidaknya terlihat dari sejumlah negara atau wilayah yang telah melegalkan ganja.
Pada tahun 2021 Pada di AS, Departemen Keuangan negara bagian Washington berhasil mengumpulkan US$ 559,5 juta dari pendapatan ganja legal, US$ 85 juta lebih banyak dari tahun sebelumnya. Sementara itu, negara bagian Colorado mengumpulkan US$ 423 juta dari pendapatan pajak ganja pada tahun 2021, naik hampir 10% dari tahun sebelumnya. Keduanya merupakan negara bagian paling awal di AS yang melegalkan penggunaan ganja.
Dampak ekonomi ini muncul karena sejumlah perusahaan mulai melakukan operasi dengan beberapa di antanya sudah menjadi perusahaan publik. Berikut adalah sejumlah perusahaan publik yang mayoritas bisnisnya terkait dengan budidaya, penjualan hingga pengolahan ganja.
- Canopy Growth merupakan salah satu perusahaan ganja terbesar dunia yang berbasis di Kanada dan diperdagangkan di Bursa Efek Toronto, saat ini kapitalisasi pasarnya senilai CAD 1,87 miliar, ambles nyaris 60% tahun ini.
- Green Thumb Industries merupakan perusahaan ganja yang berbasis di Chicago, AS, dan diperdagangkan di Bursa Efek Kanada dengan kapitalisasi pasar CAD 2,24 miliar, tahun ini sahamnya telah ambles nyaris 60%.
- Curaleaf juga merupakan perusahaan ganja berbasis di AS dengan kapitalisasi pasar CAD 4,16 miliar, harga sahamnya turun nyaris 40% tahun ini.
- Aurora Cannabis merupakan produsen ganja yang berbasis di Edmonton, Kanada, dan diperdagangkan di Bursa Efek Toronto dengan kapitalisasi pasar CAD 437,72 juta, sahamnya turun nyaris 75% tahun ini.
Beberapa perusahaan ganja lain yang juga melantai di bursa Kanada termasuk Aphiria, OrganiGram, Cann Trust Holding, Cronos Group dan Tilray.
Sementara itu di Bursa Efek Australia (ASX) terdapat juga sejumlah perusahaan ganja dengan fokus utama yang berbeda, baik itu untuk perusahaan farmasi atau perusahaan holding investasi. Beberapa perusahaan tersebut termasuk Cronos Australia, Hygrovest, Cann Group, Alathe Group, BOD Australia dan MMJ Group.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)[Gambas:Video CNBC]