
Sudah Dua Hari Ambruk ke Bawah 7.000, Ada Apa Dengan IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2 hari beruntun di pekan ini dan terlempar dari level psikologis 7.000.
IHSG melemah 0,28% ke 6.996,46 kemarin (28/6). IHSG justru tertekan saat indeks saham regional Asia Pasifik cenderung berakhir di zona hijau.
Bersama dengan TAIEX (Taiwan) dan SENSEX (India), IHSG menduduki peringkat ketiga paling bontot dari 13 indeks saham acuan bursa Benua Kuning.
Namun jika dilihat dari awal tahun, IHSG masih memberikan return sebesar 6,31% dan menduduki peringkat 1 di Asia Pasifik serta ranking 3 dunia dari sisi return.
Koreksi IHSG yang terjadi dua hari terakhir sebenarnya tergolong wajar dan masuk kategori koreksi sehat.
Pelemahan IHSG juga wajar jika mengingat aset keuangan domestik seperti nilai tukar rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) masih berada di teritori koreksi.
Imbal hasil (yield) SBN 10 tahun meskipun mengalami penurunan sepekan terakhir, tetapi masih berada di kisaran 7,3%.
Sementara nilai tukar rupiah juga terdepresiasi cukup tajam dan kini masih tetap di rentang Rp 14.800/US$.
Nilai tukar rupiah yang melemah juga memantik aksi jual asing di pasar ekuitas dan SBN. Dalam sepekan terakhir asing net sell Rp 1,5 triliun di pasar reguler saham.
Pelemahan rupiah dikarenakan dolar AS sedang beringas-beringasnya. Keputusan the Fed untuk agresif mengetatkan kebijakan moneter membuat dolar AS menjadi primadona di pasar.
The Fed selaku bank sentral AS, saat ini lebih fokus pada upaya untuk menjinakkan inflasi di AS yang sudah mencapai laju tertingginya dalam 4 dekade terakhir.
Pengetatan moneter lewat menaikkan suku bunga acuan dan reduksi neraca bank sentral membuat likuiditas di pasar keuangan tersedot.
Di sisi lain inflasi masih menghantui dengan adanya risiko yang datang dari perang Rusia-Ukraina yang masih terus berkecamuk.
Dengan dua risiko tersebut ekonomi global terancam kembali masuk ke periode stagflasi yang ditandai dengan inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Saham sebagai aset berisiko menjadi dihindari, aksi jual pun memantik koreksi. Hal ini wajar. Namun yang perlu diingat, koreksi yang dialami IHSG masih lebih mending dari indeks saham lain dan masuk kategori wajar serta belum berada di zona bearish.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000