Awal Pekan Yield SBN Beragam, Tenor 10 Tahun Turun 6,3 bp

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 28/06/2022 06:38 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (27/6/2022) awal pekan ini, di tengah cenderung menguatnya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Sikap investor cenderung beragam pada hari ini. Di SBN tenor 1, 3, 15, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Sebaliknya di SBN tenor 5, 10, 20, dan 30 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.


Melansir data dari Refinitiv, dari SBN yang mengalami kenaikan yield, tenor 3 tahun menjadi yang terbesar kenaikannya, yakni menguat signifikan sebesar 10,6 basis poin (bp) ke 4,464%.

Sedangkan dari SBN yang mengalami penurunan yield, tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar penurunannya, yakni melemah 6,3 bp ke 7,316%

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari likuiditas perekonomian atau uang beredar (M2) pada Mei 2022 yang tetap tumbuh positif.

Posisi M2 pada Mei 2022 tercatat sebesar Rp 7.854,8 triliun atau tumbuh 12,1% (year-on-year/yoy), tetap kuat dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2022 yang tercatat sebesar 13,6% (yoy). Kenaikan posisi uang tersebut berarti likuiditas masih aman di sektor riil.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung kembali menguat pada pagi hari ini waktu AS, karena pelaku pasar masih menilai prospek bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) lebih banyak melakukan kenaikan suku bunga untuk menahan lonjakan inflasi.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun menguat 4,7 bp ke level 3,171% pada Senin pagi waktu AS, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di 3,124%.

Pada Kamis pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan kembali komitmen "tanpa syarat" The Fed untuk mengendalikan tingkat inflasi yang tinggi selama 40 tahun terakhir.

Berbicara di Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat AS, Powell mengakui bahwa suku bunga yang lebih tinggi secara tajam dapat mendorong pengangguran tetapi mengatakan bahwa memulihkan stabilitas harga adalah "sesuatu yang perlu kita lakukan."

Powell juga mengatakan di hadapan Komite Jasa Keuangan kongres AS bahwa resesi mungkin saja kembali terjadi pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas