
Hati-hati, Orang RI Mulai Kurangi Konsumsi! Hawa Resesi...?

Bank Mandiri mencatat Mandiri Spending Index (MSI) pada Mei 2022 mencapai 159,9 atau tertinggi selama pandemi Covid-19. Namun, MSI melemah pada awal Juni menjadi 130,7. Bank Mandiri mengatakan penurunan konsumsi sudah terekam setelah Lebaran.
"Tingkat belanja semua kelompok penghasilan mengalami normalisasi, dan saat ini kembali berada di level pra-Ramadan," tutur Bank Mandiri dalam laporan Consumer Spending Update: Solid Spending Growth amid Rising Prices.
Kenaikan harga dan inflasi juga sudah mempengaruhi laju konsumsi. Pada sejumlah kelompok pengeluaran, kenaikan harga-harga diikuti oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi seperti pada komoditas makanan, minuman, dan tembakau.
![]() |
Sebagai catatan, inflasi melonjak 0,95% (month to month/mtm) pada April sebelum melambat pada Mei menjadi 0,4% (mtm). "Pertumbuhan belanja terkait dengan makanan, jasa penyediaan makanan/minuman (restoran) dan juga perlengkapan rumah tangga mengalami perlambatan seiring dengan akselerasi kenaikan harga," tulis Bank Mandiri.
Penelusuran CNBC Indonesia menunjukkan harga kebutuhan pokok mulai dari susu, mie instan, hingga sabun mandi naik drastis.
Di gerai ritel, mie instan Indomie kini dijual dengan harga Rp 2.900 per bungkus, lebih mahal Rp 200 dibandingkan pada 20 Maret lalu. Indomilk susu cair UHT full cream kemasan 250 ml dibanderol Rp 6.100 per pak, padahal pada 20 Maret lalu masih Rp 5.000.
Sabun mandi cair Lux refill Magical Orchid 400 ml sekarang dijual dengan harga Rp 32.900, padahal pada 20 Maret lalu kemasan 450 ml dijual dengan harga Rp 27.050.
Dibandingkan Mei, pada Juni sudah terjadi penurunan belanja masyarakat untuk restoran, supermarket, travel, hiburan, perhiasan, dan fashion. Namun, belanja untuk perlengkapan rumah tangga dan kebutuhan medis mengalami kenaikan.
"Proporsi belanja medical kembali meningkat, tertinggi sejak kasus Omicron," tulis Bank Mandiri.
Bank Mandiri juga mencatat terdapat perbedaan pola konsumsi masyarakat terhadap kenaikan inflasi. Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggi akan langsung mengerem belanja jika ada kenaikan inflasi. Sebaliknya, kelompok berpenghasilan menengah justru tidak mengurangi belanja.
"Ini membuktikan jika konsumsi Indonesia lebih banyak didorong oleh kelompok menengah," tutur Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, pekan lalu.
![]() |
Merujuk pada data Mandiri Spending Index, masyarakat berpenghasilan rendah langsung mengurangi belanja untuk sejumlah pos pengeluaran begitu ada kenaikan harga. Di antaranya adalah untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kelompok peralatan informasi dan komunikasi, serta pakaian dan alas kaki.
Pos pengeluaran yang tetap tinggi adalah untuk jasa angkutan penumpang dan pengoperasian peralatan transportasi pribadi.
Untuk masyarakat berpenghasilan menengah atas, mereka akan melakukan pengurangan konsumsi untuk sejumlah pos belanja saat inflasi naik. Di antaranya adalah kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin, kelompok kesehatan, dan kelompok rekreasi, olah raga dan budaya.
Sebaliknya, kalangan berpenghasilan menengah tidak mengerem konsumsi untuk semua kelompok pengeluaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
