Kasus Hacker Kembali Terjadi di Kripto, Koin Rp 1,48 T Raib!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 June 2022 08:05
FILE PHOTO: Representations of the Ripple, Bitcoin, Etherum and Litecoin virtual currencies are seen on a PC motherboard in this illustration picture, February 13, 2018. Picture is taken February 13, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Di saat pasar kripto sedang mengalami masa pemulihan, kabar buruk datang di mana salah satu pihak mengaku telah meretas dan mencuri kripto senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,48 triliun dari Horizon yang mengembangkan blockchain. Pencurian ini disebut sebagai pencurian yang terdesentralisasi.

Rincian mengenai peretasan itu masih terus diselidiki, namun Harmony, pengembang di balik Horizon, mengatakan mereka terus melakukan identifikasi sang peretas tersebut sejak Rabu pagi lalu. Harmony telah mengantongi satu akun yang diduga sebagai pelakunya.

"Kami telah mulai bekerja dengan otoritas nasional dan spesialis forensik untuk mengidentifikasi pelakunya dan mengambil kembali dana yang dicuri," kata Harmony, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (26/6/2022) kemarin.

Harmony mengatakan sedang bekerja dengan Biro Investigasi Federal (FBI) dan beberapa perusahaan keamanan siber untuk menyelidiki serangan hacking tersebut.

Jembatan blockchain memainkan peran besar dalam ruang desentralized finance (DeFi), di mana hal ini dapat menawarkan pengguna cara mentransfer aset mereka dari satu blockchain ke blockchain lainnya.

Dalam kasus Horizon, pengguna dapat mengirim koin digital (token) dari jaringan Ethereum ke Binance Smart Chain. Harmony mengatakan serangan itu tidak mempengaruhi jembatan terpisah untuk Bitcoin.

Seperti aspek lain dari DeFi, yang bertujuan untuk membangun kembali layanan keuangan tradisional seperti pinjaman dan investasi di blockchain, jembatan telah menjadi target utama bagi peretas karena kerentanan dalam kode dasarnya.

"Jembatan menjaga simpanan likuiditas yang besar, menjadikannya target yang menggoda bagi para hacker," kata Jess Symington, research lead di perusahaan analisis blockchain Elliptic.

"Agar individu dapat menggunakan jembatan untuk memindahkan dana mereka, aset dapat dikunci di satu blockchain dan tidak perlu dikunci atau dicetak di blockchain lain," tambah Symington.

Akibatnya, layanan ini menyimpan sejumlah besar aset kripto.

Harmony belum mengungkapkan secara pasti bagaimana dana tersebut dicuri. Namun, salah satu investornya telah menyuarakan keprihatinan tentang keamanan jembatan Horizonnya sejak April.

Keamanan jembatan Horizon bergantung pada dompet 'multisig' yang hanya membutuhkan dua tanda tangan untuk memulai transaksi.

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa pelanggaran tersebut adalah hasil dari 'private key compromise', di mana peretas memperoleh kata sandi yang diperlukan untuk mendapatkan akses ke dompet kripto.

Kendati demikian, sampai berita ini turun pihak Harmony belum bisa memberikan komentar lanjutan.

Aksi pencurian aset kripto dalam bentuk hacking seperti kasus Horizon bukan terjadi untuk pertama kalinya. Sebelumnya di The Ronin Network, yang mendukung permainan kripto game Axie Infinity, kehilangan lebih dari US$ 600 juta dalam pelanggaran keamanan yang terjadi pada Maret lalu.

Wormhole, jembatan populer lainnya, kehilangan lebih dari US$ 320 juta dalam peretasan terpisah sebulan sebelumnya.

Pencurian tersebut menambah kabar buruk di pasar kripto dalam beberapa pekan terakhir. Krisis likuiditas yang menimpa perusahaan pemberi pinjaman kripto yakni Celsius Network dan Babel Finance menjadi penyebab pasar kripto kembali mengalami crash untuk kedua kalinya hanya dalam periode semester I-2022.

Kedua perusahaan tersebut membekukan penarikan setelah penurunan tajam nilai aset mereka mengakibatkan krisis likuiditas yang turut mempengaruhi pasar kripto.

Adapun untuk crash kripto pertama terjadi pada awal bulan lalu, disebabkan oleh kejatuhan dua token besutan Terra Form Labs yakni Terra Luna (LUNA) dan token stablecoin satu-satunya di ekosistem Terra yakni TerraUSD (UST).

Sementara itu, dana lindung nilai (hedge fund) kripto yang terkumpul oleh Three Arrows Capital bisa saja ditetapkan gagal bayar (default) oleh para krediturnya, di mana salah satunya yakni broker Voyager Digital yang memberikan pinjaman sebesar US$ 660 juta kepada Three Arrows Capital.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Binance Digugat CFTC, Bitcoin Cs Berguguran?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular