Peraih Nobel Ungkap Risiko Ekonomi AS Jangka Pendek, Resesi?

Tim Riset, CNBC Indonesia
Minggu, 26/06/2022 17:15 WIB
Foto: Paul Krugman (REUTERS/Chip East (UNITED STATES BUSINESS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peraih Nobel di bidang ekonomi Paul Krugman mengatakan risiko jangka pendek terbesar bagi ekonomi AS adalah kebijakan pengetatan the Federal Reserve yang terlalu banyak dalam upayanya menjinakkan inflasi.

"Risiko terbesar adalah bahwa Fed akan berlebihan [menaikkan suku bunga] dan akan menginjak rem terlalu keras," kata Krugman yang juga profesor di City University of New York, dilansir Bloomberg. Dia juga menyebut khawatir bahwa Bank Sentral Eropa sudah bergerak terlalu cepat untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter.

Suku bunga berjangka (interest-rate futures) menunjukkan pedagang bertaruh bahwa Ketua The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya akan menaikkan suku bunga acuan mereka menjadi 3,5% pada awal tahun depan. Saat ini suku bunga sudah berada di kisaran target 1,5% hingga 1,75%.


"Dugaan saya adalah bahwa pasar mungkin melebih-lebihkan berapa banyak Fed akan menaikkan suku bunga," kata Krugman. "Kita mungkin akan melihat - sama seperti inflasi naik lebih cepat daripada yang diperkirakan orang karena ekonomi terlalu panas - inflasi mungkin turun lebih cepat daripada yang diperkirakan orang saat ekonomi mendingin."

Krugman mencatat bahwa dia termasuk di antara kalangan ekonom dan analis yang salah menilai situasi tahun lalu dalam hal bagaimana kebijakan fiskal dan moneter akan memicu ekonomi yang terlalu panas. Harga konsumen dalam beberapa bulan terakhir telah naik lebih dari 8% secara tahunan (yoy).

Risiko Resesi

"Sebagian besar inflasi yang dirasakan saat ini adalah karena faktor spesial yang akan hilang -- Rusia tidak akan menyerang Ukraina setiap bulan," katanya. Meski demikian Krugman juga menambahkan bahwa ada faktor-faktor lain yang melekat seperti ekonomi yang masih panas.

Pada dasarnya tidak sulit untuk mengatasi peningkatan inflasi terkait overheating ekonomi, kata Krugman. "Itu bahkan tidak perlu melibatkan resesi - melainkan hanya sedikit peningkatan dalam tingkat pengangguran." Dia mengatakan tingkat pengangguran, sekarang di 3,6%, kemungkinan harus naik di atas 4%.

Tetapi tantangan bagi pembuat kebijakan adalah mereka tidak tahu persis berapa banyak suku bunga yang perlu dinaikkan untuk menyelesaikan permasalahan inflasi, kata ekonom itu. "Jadi, kemungkinan untuk melakukannya secara berlebihan, menginjak rem terlalu keras dan menyebabkan selip pasti ada."

Skenario di mana The Fed "mengacaukan masalah dengan cukup buruk" dapat mengirim tingkat pengangguran secara singkat di atas 5%, katanya.

Adapun situasi di Eropa, Krugman mengatakan bahwa ekspektasi yang tertanam di pasar keuangan menunjukkan bahwa secara "de facto, ECB mengejar kebijakan moneter yang lebih ketat daripada Fed." Dia menambahkan, "Bagi saya itu gila," mengingat bahwa kawasan euro memiliki inflasi dan kenaikan upah yang lebih rendah daripada di AS.

"Kekhawatiran saya sebenarnya adalah bahwa ECB [akan terlalu berlebihan] dan akan melakukan apa yang secara historis cenderung dilakukan ECB, yaitu kontraksi berlebihan" terhadap kebijakan moneter, katanya.


(vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran Vs Israel Membara, Kemana Dana Investor Kakap Lari?