Rubel Juara! 'Prajurit Kutu Buku' AS Gagal Hancurkan Rusia?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 23/06/2022 17:10 WIB
Foto: Vladimir Putin (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rubel Rusia masih terus menunjukkan tren penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Rubel masih belum lengser dari posisi mata uang terbaik di dunia, dan berada di level terkuat dalam 7 tahun terakhir.

Pada perdagangan Kamis (23/6/2022), rubel diperdagangkan di kisaran RUB 53,5/US$, melansir data Refinitiv. Selasa lalu, nilainya bahkan sempat ke bawah RUB 50/US$ yang merupakan level terkuat sejak Mei 2015.

Sepanjang tahun ini penguatannya lebih dari 36%, mengukuhkan posisinya sebagai mata uang terbaik di dunia, jauh meninggalkan real Brasil di urutan kedua dengan penguatan 7%.


Foto: Refinitiv


Kuatnya rubel tersebut menjadi salah satu yang dibanggakan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengklaim kemenangan di bidang ekonomi. Sebab dengan berbagai sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Sekutu akibat perang dengan Ukraina, perekonomian Rusia tidak mengalami kemerosotan tajam, rubel Rusia juga begitu perkasa.

"Sanksi yang diberikan tidak berhasil. Upaya Barat untuk menghancurkan ekonomi Rusia tidak sukses," kata Putin dalam sebuah pidato Jumat pekan lalu.

Selain perang militer dengan Ukraina, Rusia juga menghadapi perang ekonomi dengan Negara Barat. Berbagai macam sanksi yang diberikan, mulai dari sektor finansial, energi hingga individual membuat perekonomian Negara Beruang Merah tertekan.

Berbagai sanksi yang diberikan dan mengobarkan perang ekonomi tersebut diracik di Departemen Keuangan Amerika Serikat.

Mengutip CNN International, racikan sanksi tersebut dibuat oleh pengacara, akuntan, ekonom hingga ahli keuangan.

"Mereka seperti prajurit kutu buku kami," kata salah satu pejabat senior Pentagon, sebagaimana dilansir CNN International, Jumat (17/6/2022).

Salah satu pejabat senior di Departemen Keuangan AS juga melihat penguatan rubel tersebut, tetapi menurutnya bukan berarti Rusia "menang" secara ekonomi.

"Pemerintah kini menyaksikan narasi - 'lihat Rusia, lihat nilai tukar rubel yang kuat. wow. Rusia benar-benar mengalahkan semua sanksi yang diberikan' - kami hanya bilang tidak! itu pesan yang salah," kata salah satu pejabat senior tersebut, sebagaimana dikutip CNN International.

Andrea Gacki, direktur Pengendalian Aset Asing Departemen Keuangan AS menyatakan penguatan rubel tidak bisa menggambarkan situasi ekonomi Rusia sebenarnya. Ia menegaskan, semua indikator perekonomian Rusia sudah menunjukkan pelemahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Tertekan, Posisi RI dalam Gejolak Global Jadi Perhatian