Jangan Salah! RI Sudah Ada 'Tameng' Hadapi Badai Stagflasi

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
23 June 2022 15:21
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2022
Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Sederet negara kini dihadapkan dengan berbagai risiko berat, termasuk Indonesia. Adalah stagflasi, di mana inflasi melonjak sementara ekonomi malah alami penurunan drastis.

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) ternyata sudah melihat ancaman tersebut lebih dulu. Sehingga sederet kebijakan diambil demi menjauhkan tanah air dari badai besar tersebut.

"Ini koordinasi fiskal dan moneter jadi penting," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (23/6/2022)

Dari pemerintah, ada penambahan subsidi energi yang bernilai Rp 500 triliun. Sehingga tidak ada kenaikan bahan bakar minyak (BBM), LPG 3 kg dan listrik untuk kapasitas di bawah 3.000 VA.

Kebijakan ini mampu menahan inflasi tidak melonjak seperti yang terjadi pada negara lain. Diperkirakan akhir tahun inflasi bisa terjaga di level 4,2%. Bank Sentral pun akhirnya juga tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga acuan yang bisa menahan laju pemulihan ekonomi Indonesia.

"Inflasi diperkirakan 4,2%," imbuhnya.

Dari sisi BI, kebijakan yang diambil adalah membantu pemerintah dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Terlihat dalam SKB III yang sudah diputuskan, pemerintah mendapatkan dana segar Rp 224 triliun tanpa harus masuk ke pasar yang sedang bergejolak.

BI tetap melanjutkan langkah normalisasi moneter. Adalah lewat kebijakan giro wajib minimum (GWM). Kewajiban GWM rupiah untuk bank umum konvensional, yang saat ini sebesar 5% naik menjadi 6% mulai 1 Juni 2022, dan naik bertahap menjadi 7,5% mulai 1 Juli 2022, dan 9% mulai 1 September 2022.

Kemudian kewajiban GWM rupiah untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah, yang saat ini sebesar 4% menjadi 4,5% mulai 1 Juni 2022, 6% mulai 1 Juli 2022, dan 7,5% mulai 1 September 2022. Adanya kebijakan GWM ini akan membuat likuiditas perbankan susut hingga Rp 110 triliun.

"Pemulihan ekonomi berlanjut 4,5 - 5,3%. Inflasi dengan langkah fiskal dan moneter dapat terkendali," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley Naikkan Proyeksi Inflasi RI, Menuju Stagflasi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular