Rupiah Nyaris Sentuh Rp15.000, Ini Dampaknya buat Indonesia

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
23 June 2022 09:35
Ilustrasi Dolar-Rupiah, Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Krstianto)
Foto: Ilustrasi Dolar-Rupiah, Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Krstianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tengah terus tertekan dan nyaris menyentuh angka Rp 15.000. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan hari ini. Rabu (22/6 ) pukul 9.25 WIB, kurs rupiah spot melemah 0,10% ke Rp 14.851 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah ini beriringan dengan pergerakan mata uang Asia. Hampir seluruh mata uang Asia melemah terhadap the greenback. Hanya yen dan dolar Hong Kong yang menguat terhadap dolar AS masing-masing 0,27%.

Nilai tukar rupiah kembali tertekan ke level paling lemah sejak Oktober 2020. Kemarin, rupiah menghentikan pelemahan sementara ke Rp 14.813 per dolar AS.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pelemahan mata uang Garuda mungkin tidak akan langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi faktor-faktor yang mendorong pelemahan itu bisa berdampak, seperti aliran modal terhenti atau bahkan sebagian keluar, terjadi pengetatan likuiditas di pasar global.

"Kondisi ini akan mengundang respons kenaikan suku bunga juga di dalam negeri, likuiditas di domestik juga akan ketat, suku bunga kredit naik, investasi dan konsumsi tertahan. Artinya, pertumbuhan ekonomi juga akan tertahan," terang Piter dikutip Rabu (22/6/2022).

Namun, dia menyampaikan perekonomian Indonesia juga sedang beranjak pulih di tengah meredanya pandemi, sehingga akan ada tarik menarik.

"Ada yang mendorong kenaikan pertumbuhan, ada yang menahan. Tapi kenaikan suku bunga itu sifatnya menahan pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Sementara itu, kenaikan bunga acuan The Fed baru terasa terhadap pergerakan nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan perdagangan rupiah hari ini dibuka fluktuatif dan melemah pada rentang Rp 14.750-14.810.

Hal ini disebabkan dengan menguatnya dolar AS pada Kamis (16/6) karena investor disebut sedang mencerna kenaikan suku bunga Fed. Sebelumnya, Ibrahim juga menyampaikan jika ada potensi aliran modal keluar.

"Potensi modal asing keluar pasti ada, karena ketika AS menaikkan suku bunga acuan, maka investor akan tarik dan kembali ke negaranya," kata dia.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular